Mengenal Seni Lukis Khombouw, Jejak Budaya di Sentani

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Senin, 10 Februari 2025 | 06:30 WIB
Ilustrasi seni lukis (Foto/Laurel Buchanan fine arts)
Ilustrasi seni lukis (Foto/Laurel Buchanan fine arts)

BeritaNasional.com - Martha Ohee, seorang perajin kulit kayu khas Kampung Asei Besar, Distrik Sentani Timur mengatakan, ia membantu ayahnya mengerjakan kulit, melukis sejak remaja.

Martha akhirnya menggeluti seni lukis dengan melukis kulit kayu Khombouw hingga saat ini.

Lukisan kulit kayu dalam bahasa Sentani Timur disebut Khombouw yang merupakan karya seni tradisional khas Suku Sentani, tepatnya dari Pulau Asei, Kampung Asei Besar, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua.

Khombouw memiliki nilai filosofi dan sakral bagi masyarakatnya. Saat ini, Khombouw telah berkembang menjadi identitas budaya yang kaya akan makna dan diwariskan turun-temurun.

Di dalam sebuah bangunan galeri kerajinan tangan, Martha pun menceritakan kisahnya. Ia menekuni usaha seni melukis yang diwariskan dari orangtuanya.

Bermula dari kebiasaan sehari-hari menemani dan membantu orangtua mengerjakan kerajinan Khombouw, Martha yang ketika itu masih berusia 13 tahun bertumbuh seperti anak gadis pada umumnya.

Memasuki usia 20 tahun, perempuan yang biasa dipanggil Mama Martha itu mencoba membuat topi santai. Dari situlah titik awal dia belajar membuat produk-produk yang berbahan dasar kulit kayu.

Teknik pembuatan

Dikutip dari Antara, proses pembuatannya dimulai dengan menebang pohon khusus yang kulitnya akan diolah menjadi lembaran kain kayu. Kemudian, kulit dari pohon tertentu itu dikupas menggunakan parang atau kapak besi.

Selanjutnya, kulit kayu yang telah dikupas itu ditumbuk menggunakan lempengan besi hingga melebar dan menjadi lembaran tipis.

Masuk pada proses pengeringan, lembaran kulit kayu dijemur hingga kering sempurna, sebelum digunakan sebagai media untuk melukis.

Motif pada lukisan kulit kayu yang digambar menggunakan pewarna alami, sehingga menjadikan Khombouw sebagai karya seni khas Suku Sentani.

Teknik membuat Khombouw ini diajarkan secara turun temurun dan tetap dijaga oleh masyarakat adat di Kampung Asei yang mendiami Pulau Asei.

Mama Martha merupakan perempuan Sentani pertama yang berinovasi membuat beragam kerajinan tangan berbahan dasar kulit kayu. Karya-karyanya ini telah mengantarkan Mama Martha berkeliling ke lima negara.

"Puji Tuhan, mama sudah injak lima negara untuk mempromosikan produk kerajinan tangan dari kulit kayu, yakni ke Belanda, Australia, Jerman, Amerika dan PNG," katanya.

Wanita paruh baya kelahiran Asei, 23 April 1968, ini telah mendapatkan banyak penghargaan atas karya-karya seninya.

Salah satu daya tarik utama dari Khombouw adalah motif-motif yang digambar di atas lembaran kulit kayu. Motif ini bukan sekadar hiasan, tetapi memiliki makna mendalam, dan bahkan, ada motif tertentu yang hanya boleh digunakan oleh seorang pemimpin adat (ondofolo).

Sejumlah motif yang umum ditemukan pada Khombouw, di antaranya motif buaya yang memiliki makna atau simbol kekuatan dan kepemimpinan. Motif buaya ini hanya digunakan oleh ondofolo.

Motif lainnya adalah yoniki, yang melambangkan hubungan spiritual dan mitologi masyarakat Sentani. Ada juga motif matahari, sebagai simbol kehidupan dan kebijaksanaan.

Motif lainnya adalah ular, yang melambangkan keberanian dan ketahanan, motif cicak dan kadal menggambarkan hubungan harmoni manusia dengan alam dan keseimbangan hidup.

Motif kaki burung bangau melambangkan kebebasan dan perjalanan hidup, sedangkan motif daun dan bunga hutan mewakili kesuburan dan kelestarian alam.sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: