Geger Kasus Ayam Gelonggongan di Kebayoran Baru, Ini Tips Membedakannya dengan yang Asli

BeritaNasional.com - Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta Selatan memberikan beberapa tips agar warga bisa membedakan ayam gelonggongan dengan ayam asli di pasaran.
Hal ini menyusul terbongkarnya praktik gelonggongan ayam di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang polisi telah menangkap salah satu pedagang bernama Soyib (32).
“Yang pertama itu, terlihat lebih basah dari ayam pada umumnya. Terus kemudian dia itu, kalau ayam pada umumnya itu kan lembab ya, ke arah lembab jatuhnya, kalau ini basah,” kata Kepala Sudin KPKP Jaksel Hasudungan A. Sidabalok yang dikutip pada Sabtu (1/3/2025).
Selain tekstur, Hasudungan menyebut ciri lain yang bisa dirasakan masyarakat adalah bau amis sangat tajam, ayam yang basah, dan banyak tetesan air ketika digantung.
“Amis ayam itu memang khas ya, berbau amis ayam. Kalau ini amisnya itu memang sudah nggak wajar. Nah, kemudian juga permukaan kulitnya itu lebih licin, karena dia basah gitu kan, jadi lebih licin,” katanya.
“Kemudian ketika digantung, itu ada tetesan air. Kalau ayam yang biasa itu kan kering, nggak ada yang netes,” tambahnya.
Bahkan, Hasudungan mengungkap kalau ayam hasil gelonggoan yang dimasak dalam minyak panas bakal meletup-letup. Karena kandungan air dalam ayam yang menguap saat terkena minyak.
“Kalau misalnya dimasak ya, misalnya direbus atau digoreng, dia penyusutannya ini drastis banget. Misalnya kalau tiba-tiba kita ungkep itu kok jadi kecil gitu. Kemudian kalau misalnya digoreng itu air itu benar-benar nyiprat gitu loh,” ucapnya.
Penangkapan Pelaku
Sebelumnya, Kanit Resmob Satreskrim Polres Metro Jakarta Selatan, AKP Bima Sakti, menjelaskan sederet kerugian yang dialami masyarakat akibat dari praktik Soyib sebagai pekerja di rumah potong ayam turut merugikan masyarakat.
“Yang pasti bobotnya, otomatis dia harus membayar lebih, karena bobotnya meningkat antara 100-200 gram per ekor, itu pertama,” kata Bima kepada wartawan, Sabtu (1/3/2025).
Selain itu, masyarakat sebagai konsumen pun kembali dirugikan atas kualitas ayam yang menjadi buruk akibat praktik gelonggongan Soyib. Karena, turut menyuntikan air menggunakan alat yang telah dimodifikasi menggunakan kompresor, galon, selang dan jarum.
“kualitas daging ayamnya pasti lebih buruk, karena air yg digunakan adalah air kotor, dimana sumber air tersebut juga tidak tahu ya, apakah itu air dari comberan, air tanah dan segala macam,” ungkapnya.
“Itu bisa jadi terkontaminasi bakteri, ada monella , ada e coli, otomatis ayam yang dibeli itu akan cepat busuk, kemudian juga berbau lebih amis, dan ketika digoreng biasanya pasti lebih meletup-meletup. Karena kandungan airnya sangat tinggi sekali di daging ayam dan rasanya pasti tidak seenak daging ayam yang normal,” tambahnya.
Atas perbuatannya, Soyib telah dijerat dengan Pasal 62 Ayat (1) juncto Pasal 8 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dengan ancaman hukuman maksimal 5 tahun penjara dan denda maksimal Rp 12 miliar.
8 bulan yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 1 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 17 jam yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu