Fakta Menarik R.A. Kartini, Pahlawan Emansipasi Wanita Indonesia

Oleh: Tim Redaksi
Senin, 21 April 2025 | 19:40 WIB
Ilustrasi hari kartini. (Foto/Freepik)
Ilustrasi hari kartini. (Foto/Freepik)

BeritaNasional.com -  Raden Ajeng Kartini atau yang lebih dikenal dengan R.A. Kartini adalah sosok penting dalam sejarah perjuangan hak-hak perempuan di Indonesia. Dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita, Kartini menginspirasi jutaan perempuan untuk mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial.

Hari kelahiran Kartini, yang jatuh pada 21 April, diperingati setiap tahun sebagai Hari Kartini momen penting untuk mengenang dedikasinya dalam memperjuangkan kesetaraan gender di tanah air. Tak hanya perjuangannya yang dikenang, Kartini juga memiliki sejumlah kisah menarik yang tak banyak diketahui. Yuk, simak fakta menarik tentang R.A. Kartini berikut ini!

1. Latar Belakang Keluarga Kartini Cukup Rumit

Kartini berasal dari keluarga bangsawan Jawa. Ayahnya bernama R.M. Sosroningrat, seorang bupati Jepara, sedangkan ibunya, M.A. Ngasirah, bukan berasal dari kalangan bangsawan. Karena status sosial ibunya, pernikahan orang tuanya dianggap tidak sah menurut adat saat itu. Ayah Kartini pun akhirnya menikah lagi dengan keturunan bangsawan dari Madura. Inilah yang menyebabkan hubungan keluarga Kartini tergolong kompleks.

2. Buku "Habis Gelap Terbitlah Terang" Mengandung Kontroversi

Karya terkenal Kartini berjudul “Door Duisternis tot Licht” atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Buku ini merupakan kumpulan surat yang ia tulis kepada sahabat-sahabatnya di Belanda. Namun, sejumlah sejarawan mempertanyakan keaslian seluruh isi surat tersebut karena minimnya bukti otentik bahwa semua benar ditulis tangan oleh Kartini sendiri.

3. R.A. Kartini Mahir Berbahasa Belanda

Sebagai bangsawan, Kartini mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan, sesuatu yang jarang dimiliki perempuan di masanya. Ia bahkan mempelajari bahasa Belanda dan menguasainya dengan baik. Kemampuan inilah yang membuka aksesnya untuk berkorespondensi dengan tokoh-tokoh Belanda dan membuatnya memperoleh beasiswa dari pemerintah kolonial—meski pada akhirnya tidak bisa ia gunakan karena tradisi perjodohan.

4. Dibesarkan di Keluarga yang Menganut Poligami

Kartini tumbuh dalam lingkungan keluarga poligami, sebuah praktik yang lazim di kalangan bangsawan pada masa itu. Bahkan dirinya sendiri dijodohkan dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, seorang bupati yang telah memiliki tiga istri. Meskipun demikian, semangat Kartini untuk memperjuangkan hak-hak perempuan tidak pernah padam.

5. Nama Kartini Diabadikan di Belanda

Meninggal dunia pada usia 25 tahun, tepatnya pada 17 September 1904, Kartini tutup usia karena komplikasi usai melahirkan. Meski wafat di usia muda, perjuangannya membekas tak hanya di Indonesia. Di Belanda, nama Kartini digunakan sebagai nama jalan di beberapa kota besar seperti Amsterdam, Utrecht, Haarlem, dan Venlo sebuah penghormatan luar biasa bagi tokoh asal Jepara ini.

Warisan Kartini untuk Perempuan Indonesia

Berkat perjuangan Kartini, perempuan Indonesia kini memiliki hak yang setara dalam pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial. Mereka bisa duduk di parlemen, menjadi pemimpin, dan berkarya di berbagai bidang. Emansipasi wanita yang dulu diperjuangkan oleh Kartini kini menjadi fondasi kuat dalam pembangunan bangsa.sinpo

Editor: Imantoko Kurniadi
Komentar: