Hari Raya Galungan, Saat Umat Hindu Kembali Menyucikan Diri dan Alam

Oleh: Tim Redaksi
Rabu, 23 April 2025 | 14:01 WIB
Hari Raya Galungan. (Foto/freepik).
Hari Raya Galungan. (Foto/freepik).

BeritaNasional.com - Pulau Bali dikenal dengan julukan Pulau Dewata yang memukau para pelancong, baik dari mancanegara ataupun domestik yang melalui kekayaan tradisi dan spiritualitasnya. Salah satu daya tarik di Bali yang tak pernah lepas ialah upacara-upacara keagamaan yang sakral dan arak-arakan budaya yang penuh makna. 

Hari ini, Rabu (23/4/2025) umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan, dengan berbagai rangkaian kegiatan yang penuh warna. 

Aktivitasnya dimulai dari menyiapkan sarana banten upakara atau perlengkapan sembahyang. Kemudian tradisi nampah (memotong hewan) yang disebut sebagai Penampahan Galungan, dirayakan sehari menjelang Galungan pada hari Selasa Wage Dugulan. 

Penampahan Galungan yaitu menghilangkan sifat-sifat negatif dalam diri manusia seperti tamas dan lobha (serakah), malas dan sombong, dengan cara nampah atau memotong hewan Yadnya. 

Penampahan Galungan adalah simbol penetralisir kekuatan negatif Sang Hyang Kala Tiga supaya kembali pada sumbernya. Sang Kala Tiga ini terdiri dari Sang Bhuta Galungan Sang Bhuta Dugulan, dan Sang Bhuta Amangkurat. 

Yang disebut sebagai simbol angkara (kemarahan) serta turun untuk mengganggu umat manusia. Sang Kala Tiga Amangkurat ini juga dipercaya mampu menggoda manusia yang kurang persiapan diri atau kewaspadaan. 

Jikalau berhasil dihasut, maka manusia itu akan mendapat konflik, merasa sedih, dan kacau. Untuk mencegah hal tersebut, maka masyarakat Hindu di Bali melakukan Penampahan Galungan dengan memotong ayam, babi, itik, dan hewan lainnya terkecuali sapi. 

Umat Hindu meyakini dapat menetralisir kekuatan negatif tersebut, melalui nampah atau memotong hewan yadnya untuk upacara yadnya di rumah masing-masing.

Terdapat juga tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat Bali, mulai dari Ngelawang barong dengan mengarak barong bangkal dari pintu ke pintu rumah warga banjar atau desa, Mapeed yaitu berjalan secara beriringan sambil menjunjung kaben bambu atau tempat sesajen menuju pura di desa setempat. Kemudian, Ngejot ini berbagi makanan kepada tetangga sebelum Hari Raya Galungan hingga hari H.

Memasang penjor, bagi umat Hindu penjor adalah simbol kemenangan dan kemakmuran, hingga sebagai wujud rasa syukur dan persembahan kepada bharata. Makanan khas Galungan ada tape dan ketan khusus untuk galungan, pembuatannya sebelum Hari Raya Galungan dan pada Hari Penampahan umat Hindu biasanya memotong hewan babi. Selanjutnya, Mekotek yakni menyusun kayu dan berputar serta berjingkrak yang diiringi musik gamelan. 

(Nadira Lathiifah)sinpo

Editor: Harits Tryan
Komentar: