Rupiah Melemah Dipengaruhi Perang Dagang AS-China

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Selasa, 29 April 2025 | 19:00 WIB
Rupiah melemah (Foto/Pixabay)
Rupiah melemah (Foto/Pixabay)

BeritaNasional.com - Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menganggap, pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi pernyataan yang saling bertentangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China mengenai dialog dan negosiasi kebijakan tarif guna mengurangi perang dagang.

“Pasar telah diguncang oleh sinyal yang saling bertentangan dari Presiden AS Donald Trump dan Beijing mengenai kemajuan apa yang sedang dibuat untuk meredakan perang dagang yang mengancam akan melemahkan pertumbuhan global,” ujarnya.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menegaskan, pembicaraan perdagangan antara AS dan China sedang berlangsung meski tidak menyatakan siapa yang berunding baik dari kedua belah pihak.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent juga mendukung pernyataan Trump bahwa negosiasi antara AS dengan China sedang berlangsung.

Namun, Pemerintah China kembali membantah adanya negosiasi dengan AS soal penerapan tarif dagang yang ditetapkan oleh Trump.

Dalam konferensi pers, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun menyampaikan bahwa kedua negara terkait tidak melakukan konsultasi atau negosiasi apapun mengenai tarif, sehingga AS harus berhenti menciptakan kebingungan.

Bila AS ingin berunding maka dialog dan negosiasi, harus didasarkan pada kesetaraan, rasa hormat, dan saling menguntungkan.

Melihat sentimen domestik, Ibrahim menyebutkan bahwa pelaku pasar pesimis untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen pada tahun 2029.

“Sebab, Indonesia harus mampu menaikkan laju pertumbuhan secara konsisten setiap tahun, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan mencapai sekitar 6,76 persen selama periode 2026 hingga 2029 untuk mencapai target tersebut. Sehingga, pemerintah perlu melakukan akselerasi yang terencana dalam meningkatkan investasi, memperluas ekspor ke pasar nontradisional, serta mempercepat transformasi sektor manufaktur dan digital,” katanya.

Sumber: Antarasinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: