IPD-Indonesia Hadir untuk Menjadi Solusi Kesenjangan antara Desa dan Kota

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Sabtu, 24 Mei 2025 | 11:31 WIB
Deklarasai dan Rakernas IPD-Indonesia (Beritanasional/Meta)
Deklarasai dan Rakernas IPD-Indonesia (Beritanasional/Meta)

BeritaNasional.com - Ketua Umum Ikatan Perencana Desa (IPD-Indonesia) Dr Fitrawan Umar, ST, M.Sc mengatakan, Indonesia merdeka hampir 80 tahun. Namun sayangnya masyarakat menikmati kemerdekaan secara tidak merata.

"Hingga saat ini masih ada kesenjangan antara desa dan kota, padahal sama-sama sudah merdeka," kata Fitrawan yang akrab disapa Wawan dalam acara Deklarasi dan Rakernas IDP Indonesia, Sabtu (24/5/2025).

Wawan menjelaskan, terdapat sebuah desa bernama desa Bakaru di Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan. Desa Bakaru ini sudah memproduksi listrik. "Namun sayangnya desa-desa di sekitar Bakaru sampai hari ini untuk memperoleh listrik saja susah."

"Ini kenyataan yang cukup memprihatinkan. Berada di dekat desa yang memproduksi listrik tapi susah dapat listrik," tambahnya.

Banyak kemerdekaan yang tidak dirasakan oleh warga desa. "Kami, IPD-Indonesia ingin hadir menjadi solusi kesenjangan antara desa dan kota. Kami ingin berbagi rasa."

Perlu diketahui, ujar Wawan, hampir 50 persen penduduk Indonesia adalah penduduk kota. Diperkirakan kedepannya  60 persen penduduk Indonesia akan berada di kota-kota.

"Kita jarang bahas, siapa saja orang-orang kota 60 persen itu? Nah, sebenarnya mereka itu orang-orang desa yang pindah ke kota," terang Wawan.

"Kita tak pernah membahas apa dampak urbanisasi. Seringkali dampak urbanisasi desa malah membuat warga aslinya jadi terpinggirkan," katanya.

Jadi, lanjut Wawan, spirit kita gabung IPD-Indonesia, kita akan menjadi wadah belajar. "Selama ini desa-desa punya pengetahuannya sendiri, kita mau perencana desa bisa kolaborasi dengan penduduk setempat, apa yang mereka cita-citakan, apa yang mereka inginkan lalu kita bahas bersama untuk membuat perencanaan pembangunan desa yang matang."

"Desa di masa depan harus dijadikan halaman depan. Jangan jadi halaman belakang terus, desa harus maju," kata Wawan.

"Kami ingin mendampingi pendamping desa dari Kementerian Desa dalam membangun desa. Apalagi anggota kami kebanyakan alumni perencana wilayah, tujuan kami memajukan desa-desa di Indonesia," tambahnya.

Berikut ini Deklarasi IPD-Indonesia,

Bahwa desa adalah ruang hidup masyarakat yang berhak mendapat perhatian serius dari seluruh pihak. Desa bukan sebatas tempat lahir, tempat singgah, dan bukan pula ruang masa lalu. Desa adalah tempat bertumbuh, tempat berharap, dan ruang yang memiliki masa depan.

Bahwa perencanaan desa adalah bagian dari ilmu pengetahuan yang merangkum teori dan praktik. Perencanaan desa bertujuan untuk memastikan desa-desa tumbuh dan berkembang sesuai dengan cita-cita rakyat Indonesia, cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia: bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Bahwa merencanakan desa adalah memajukan Indonesia. Maka dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, didirikanlah organisasi Ikatan Perencana Desa Indonesia (IPD-Indonesia) berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) Republik Indonesia.

Di tempat yang sama, Pendiri IPD-Indonesia Abdul Qodir Jaelani atau yang akrab disapa Qodja mengatakan, ada istilah sepi ing pamrih rame ing gawe. "Desa itu tampaknya senyap, tapi sejatinya sangat aktif dalam kerja." 

"Perlu diketahui, kebanyakan pembangunan kota itu ditopang dari desa. Misalnya saja bahan bangunan di kota dari mineral logam, non logam. Nah, itu raw materialnya biasanya juga dari desa, bahkan di daerah terpencil yang berada jauh dari pusat-pusat perkotaan atau kerumunan," kata Qodja.

Seringkali kemajuan kota-kota ditopang dari eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) dari desa-desa. Namun sayangnya lingkungan di desa rusak, hanya masyarakat kota yang menikmati hasilnya, sementara warga desa tidak mendapatkan apa-apa.

"Berangkat dari keprihatinan itu, maka teman-teman yang tergabung dalam IPD-Indonesia ingin ikut berkontribusi memajukan desa-desa, desa jangan hanya dieksploitasi SDA-nya, tapi wajib diperhatikan juga pembangunannya," terang Qodja.

"Sejatinya desa itu punya arsitek sendiri. Saya kagum dengan masyarakat Dayak. Mereka lebih jago dan ahli dalam bertani. Mereka lahir dengan skills itu, maka kita (IPD-Indonesia) bisa berkolaborasi dengan masyarakat Dayak untuk membangun desa, melestarikan budaya leluhur mereka demi kemajuan dan pelestarian desa," katanya.sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: