Pentingnya Melestarikan Batik Khas Batang

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Kamis, 12 Juni 2025 | 03:00 WIB
Ilustrasi membuat batik (Foto/Pixabay)
Ilustrasi membuat batik (Foto/Pixabay)

BeritaNasional.com - Selama ini, orang lebih mengenal daerah penghasil batik adalah Pekalongan, Yogyakarta, dan Solo. Padahal Kabupaten Batang, Jawa Tengah, yang bertetangga dengan Pekalongan, juga memiliki produk batik dengan motif-motif eksotis.

Batik khas Kabupaten Batang yang terkenal adalah Batik Rifa'iyah. Batik ini merupakan warisan budaya dari Syekh KH Ahmad Rifa'i, ulama yang pada 1880-an diasingkan dan wafat di Tondano, Sulut. Batik ini punya ciri khas motif "tiga negeri".

Selain itu, batik Batang juga memiliki jenis batik lain seperti batik tulis dan batik cap. Batik Batang diperkirakan sudah ada sejak masa Sultan Agung (1613-1645) atau bahkan sejak masa Kerajaan Majapahit.

Ciri-ciri motif batik Kabupaten Batang pada umumnya dapat dikenali dari corak warna sogan irengan atau coklat kehitam-hitaman yang digolongkan sebagai batik keratonan karena corak warna sogan tersebut.

Hal yang membedakan batik keratonan Batang dengan batik keratonan dari daerah Solo dan Yogyakarta adalah batik Batang mempunyai corak warna sogan yang lebih gelap dibandingkan dengan corak sogan batik dari daerah lain.

Warna sogan pada batik Batang biasanya digunakan sebagai warna dasaran kain yang pada umumnya menampilkan motif berwarna putih dengan ciri khas "remukan" di dalam motifnya.

Ada tahap peremukan lilin dalam proses pembuatan batik Batang. Proses ini untuk menghasilkan akses remukan pada motif batik Batang. Proses itu tidak dilakukan dalam pada kerajinan batik di daerah lain.

Oleh karena "remukan" yang ada pada motif batik Batang tidak ditemukan pada batik-batik dari daerah lain.

Proses perajinan batik tulis Batang pada umumnya dimulai dengan ngleng reng (menggambar motif langsung pada kain), ngisen-isen (memberi variasi motif), nembok ( menutup bagian dasar kain yang tidak perlu diwarnai), ngobat (mewarnai batik yang sudah ditembok dengan cara dicelupkan pada larutan warna).

Kemudian ngrеmuk (meremukkan lilin malam agar mendapatkan gambaran serat pada motif), nglorod (menghilangkan lilin malam dengan cara direbus ke dalam air mendidih), serta finishing.


Pada tahapan ngisen-isen, biasanya akan memberikan detail lentreng terusan dengan motif yang rapat, saling menyambung, dan tembus bolak-balik pada dua sisi kain. Proses ini menjadi salah satu ciri khas.

Adapun untuk motif pada batik Batang kеrаtоnаn pada umumnya terbentuk geometris dan campuran motif geometris dengan motif bebas.

Batik Batang yang mendapat pengaruh motif Keratonan Mataraman banyak yang menggunakan motif batik seperti Udan Liris, Sido Mukti, Romo Ukel Kawung, serta Parang atau Seno.

Motif lokal batik Batang Keratonan antara lain motif Manggaran, Kembang Cepoko, Gemek Stekem, serta masih masih ada yang lainnya. Batik Batang Keratonan juga mempunyai motif campuran seperti motif Parang Karna dan Parang Tempe.

Sedang untuk batik Batang pesisiran banyak dipengaruhi oleh budaya China, Belanda, dan Islam Timur Tengah.

Hanya saja, batik dari salah satu daerah pesisir utara ini belum banyak dikenal. Oleh karena itu, Pemkab Batang bersama Institut Pluralisme Indonesia (IPI) berupaya merevitalisasi batik khas Batang sekaligus mencetak generasi pembatik muda guna melestarikan seni membatik khas daerah tersebut.

Menurut Direktur Ikatan Pluralisme Indonesia William Kwan, jumlah pembatik di Batang semakin berkurang sehingga diperlukan langkah nyata untuk mengubah pola pikir masyarakat dari sekadar industri batik menjadi kampung seni batik khas Batang.

"Bukan semata-mata pengrajin atau buruh batik. Perlu seniman batik Batang," katanya.

Sebagai bentuk kepedulian, pemerintah daerah dan IPI terus berupaya menyiapkan generasi muda dengan kompetensi beragam untuk menghasilkan batik khas Batang secara lebih cepat dan inovatif, di antaranya dengan mengajak pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Satu Warungasem (SMK Neswara).

Upaya melestarikan batik khas itu juga diperlukan memperkuat kegiatan sosialisasi dengan melibatkan organisasi perangkat daerah terkait, promosi, dan mata pelajaran batik bagi siswa.

Apabila sudah bisa memperkuat pemahaman tentang batik maka perkembangan batik akan semakin cepat.

Mereka akan dilatih agar bisa menghasilkan karya batik Batang yang memiliki daya saing tinggi dan diminati masyarakat. Selain itu, karya batik mereka juga dipamerkan dalam bentuk peragaan busana.

Wakil Bupati Batang Suyono mendorong para pelaku batik tidak pernah absen dalam pameran produk batik yang digelar di banyak daerah.

Selain itu, pemkab juga minta para pekerja dan pegawai mengenakan batik pada hari tertentu. Hal tersebut merupakan upaya promosi yang akan dilakukan pemerintah daerah. Ada banyak pabrik yang bisa diwajibkan sekali dalam seminggu menggunakan batik Batang.

"Yang jelas, kami akan menggiatkan promosi terus-menerus. Ketika ada pameran juga akan selalu hadir, ini bentuk ikhtiar menjaga kepunahan," kata Suyono.

Sebagai bagian dari regenerasi pembatik, Pemkab Batang juga menyiapkan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) yang berfokus pada pelatihan membatik bagi generasi muda sesuai dengan visi dan misi pemerintah daerah.

Hasilnya akan terus dipromosikan baik di tingkat lokal maupun nasional. Bahkan, keberadaan Kawasan Industri Terpadu Batang yang banyak didatangi warga negara asing bisa menjadi media promosi yang lebih luas.

Sumber: Antarasinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: