Pentingnya Model Bisnis Baru untuk Kembangkan Energi Panas Bumi di Indonesia

Oleh: Tim Redaksi
Rabu, 02 Juli 2025 | 00:01 WIB
Ilustrasi energi panas bumi. (Foto/doc. PGE)
Ilustrasi energi panas bumi. (Foto/doc. PGE)

BeritaNasional.com -  Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) atau Indonesian Geothermal Association (INAGA) yang beberapa waktu lalu turut ambil bagian dalam acara “14th ITB International Geothermal Workshop (IIGW) 2025” yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) di Bandung, Senin (30/6/2025), menekankan soal pentingnya  perubahan paradigma dalam mempercepat pengembangan energi panas bumi di Indonesia.

Ketua Umum API, Julfi Hadi, menekankan dalam presentasinya yang bertajuk ‘Triggering Indonesia’s Geothermal Boom: Creating Value Through Updated Technology, Cost Optimization & New Revenue Stream Business’, Julfi mengungkapkan bahwa pengelolaan energi panas bumi dengan model bisnis yang adaptif tidak hanya akan membuatnya lebih ramah lingkungan, tetapi juga berpotensi besar menjadi landasan bagi industrialisasi hijau serta peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.

“Sudah 30 tahun kita membahas pengembangan panas bumi, namun progresnya masih jauh dari optimal. Hingga saat ini, Indonesia baru memanfaatkan sekitar 12% dari total potensi panas bumi yang dimiliki. Padahal, kita memiliki cadangan panas bumi terbesar di dunia. Oleh karena itu, kita membutuhkan terobosan baru. Kita perlu teknologi baru, pengurangan biaya, peningkatan produksi, penambahan sumber pendapatan, serta pembangunan ekosistem yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Jika ini tercapai, panas bumi akan menjadi industri besar di Indonesia,” ujar Julfi, dikutip dalam keterangannya, Selasa (1/7/2025).

Julfi juga menekankan bahwa saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mempercepat pengembangan panas bumi. Mengingat visi swasembada energi yang menjadi salah satu tujuan besar pemerintah Indonesia, panas bumi bisa menjadi salah satu pilar utama dalam mencapai target tersebut.

“Kita harus menyampaikan pesan yang jelas kepada pemerintah agar sinergi yang ada dapat diperkuat. Diperlukan political will untuk mendorong pertumbuhan industri panas bumi di Indonesia,” tegas Julfi.

Kondisi geopolitik global yang tidak stabil dan krisis iklim yang semakin mendesak memperkuat urgensi untuk memanfaatkan sumber energi bersih dan lokal yang andal.

Dengan cadangan panas bumi yang mencapai 24 gigawatt (GW), sektor ini bisa menjadi solusi konkret dalam mendukung transisi energi Indonesia secara berkelanjutan.

API sendiri menargetkan kapasitas terpasang panas bumi Indonesia melebihi angka 3,8 GW yang dimiliki oleh Amerika Serikat pada tahun 2029, dan mencapai 7,8 GW pada 2034, lebih tinggi dari target pemerintah yang sebesar 3,6 GW.

Namun demikian, masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi industri panas bumi, seperti tingginya risiko eksplorasi, besar biaya investasi (capital expenditure / capex), serta perlunya kerja sama yang lebih erat dalam memperkuat jaringan transmisi energi.

Menanggapi hal ini, Julfi menyarankan pengembangan secara bertahap (staged development) untuk mengurangi risiko eksplorasi, penggunaan teknologi baru seperti modular power plant dan co-generation, serta penerapan pompa submersible elektrik (ESP) untuk meningkatkan produksi dan mempercepat waktu pelaksanaan proyek.

Selain itu, skema insentif fiskal dan non-fiskal yang lebih efektif juga diperlukan untuk mendukung pertumbuhan industri ini. API sedang bekerja sama dengan Kementerian ESDM untuk merumuskan kebijakan insentif yang lebih sesuai dengan kebutuhan industri.

Julfi juga menyoroti pentingnya pengembangan jaringan transmisi listrik jarak jauh (supergrid) untuk mendukung distribusi energi panas bumi secara maksimal.

“Jika supergrid ini terwujud, panas bumi akan menjadi penggerak utama dalam transisi dan ketahanan energi Indonesia,” tambahnya.

Di sisi lain, Julfi menekankan bahwa pengembangan panas bumi tidak hanya membutuhkan solusi teknis dan ekonomi, tetapi juga keterlibatan aktif masyarakat lokal.

“Kita sudah memiliki pengalaman lebih dari 40 tahun di sektor ini, namun kita harus lebih aktif dalam menunjukkan bahwa panas bumi bisa menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, dan mendorong pembangunan di wilayah sekitar,” katanya.

Julfi menyampaikan bahwa untuk mempercepat pengembangan panas bumi, diperlukan sinergi yang kuat antar sektor. Dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, pengembang, investor, akademisi, hingga masyarakat, sangat penting agar sektor panas bumi dapat berkembang menjadi pilar utama dalam transisi energi Indonesia dan motor penggerak pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.sinpo

Editor: Imant. Kurniadi
Komentar: