Tarif Baru Trump Hantui Warga AS, Belanja Musim Panas Terancam Lesu

Oleh: Tim Redaksi
Selasa, 08 Juli 2025 | 21:00 WIB
Ilustrasi warga Amerika Serikat berbelanja. (Foto/Freepik)
Ilustrasi warga Amerika Serikat berbelanja. (Foto/Freepik)

BeritaNasional.com - Musim panas di Amerika Serikat, yang biasanya identik dengan peningkatan belanja, kini diselimuti kekhawatiran akibat kebijakan tarif baru yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. 

Dilansir dari Xinhua News pada Selasa (8/7/2025), berbagai survei menunjukkan bahwa sentimen konsumen sedang tertekan dan membuat warga Amerika berpikir ulang untuk bepergian, makan di luar, atau berbelanja.

Presiden AS Donald Trump pada Senin lalu mengumumkan penerapan tarif baru berkisar antara 25 hingga 40 persen pada 14 negara serta menandatangani perintah eksekutif untuk memperpanjang jeda “tarif timbal balik” hingga 1 Agustus mendatang.

Jajak pendapat Yahoo Finance/Marist yang dirilis pada Senin (7/7/2025) mengungkap kegelisahan mendalam di kalangan masyarakat. 

Sebanyak 81 persen dari 2.011 responden dewasa menyatakan khawatir dalam berbagai tingkatan tentang dampak tarif pada keuangan pribadi mereka. Tidak hanya itu, 60 persen juga cemas akan dampak negatif tarif terhadap ekonomi yang lebih luas.

Ketika ditanya sektor mana yang akan mereka kurangi pengeluarannya terlebih dahulu, 48 persen responden menyebut hiburan dan 45 persen memilih pakaian. Sementara itu, 52 persen mengaku sudah mengurangi frekuensi makan di luar.

“Kami melihat kalibrasi ulang kebiasaan belanja secara real-time karena harga yang lebih tinggi dan meningkatnya ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi selanjutnya,” demikian bunyi laporan jajak pendapat tersebut.

Tren kekhawatiran ini mulai tercermin dalam data penjualan ritel. Penjualan ritel inti hanya naik 0,23 persen pada Mei dibandingkan April, menurut National Retail Federation (NRF) Retail Monitor yang dirilis pada 13 Juni.

Angka ini jauh menurun dibanding bulan sebelumnya, di mana indikator yang sama melonjak karena rumah tangga bergegas membeli barang impor sebelum tarif diberlakukan.

“Data bulan Mei menunjukkan bahwa peningkatan permintaan konsumen menjelang tarif kemungkinan menghilang,” kata Presiden dan CEO NRF, Matthew Shay.

Penjualan barang elektronik dan peralatan rumah tangga anjlok 1,98 persen dari bulan ke bulan pada Mei. Hal ini sejalan dengan temuan jajak pendapat Yahoo Finance/Marist yang menunjukkan bahwa 34 persen rumah tangga memilih untuk menunda pembelian barang mahal.

Indeks Kepercayaan Konsumen Conference Board untuk bulan Juni pun turun 5,4 poin menjadi 93,0, menggarisbawahi bahwa tarif dan inflasi tetap menjadi perhatian utama konsumen.

Bisnis Beradaptasi, Harapan Ada pada Negosiasi dan Suku Bunga

Para ekonom memperingatkan bahwa penundaan berkelanjutan dalam pengeluaran diskresioner dapat berdampak luas pada seluruh industri yang bergantung pada masuknya konsumen musiman selama musim panas. 

Beberapa bisnis sudah mulai menyesuaikan diri. Jaringan bioskop besar memperpanjang “Selasa hemat” menjadi tiga hari seminggu, sementara toko kelontong nasional mempromosikan perlengkapan piknik merek toko mereka sendiri.

Meningkatnya biaya juga berarti pengecer memiliki ruang terbatas untuk memotong harga tanpa mengikis margin keuntungan, demikian catatan Oxford Economics tertanggal 1 Juli.

Ke depan, para analis optimistis bahwa jika negosiator perdagangan mengurangi retorika tarif, atau jika pemotongan suku bunga Federal Reserve di masa mendatang membantu menjaga inflasi tetap terkendali, permintaan yang terpendam dapat menghidupkan kembali belanja konsumen selama musim kembali ke sekolah.

Sebaliknya, putaran tarif baru, terutama pada alas kaki dan pakaian yang persediaannya tipis, mungkin memicu penarikan belanja yang lebih dalam dan memperlebar kesenjangan antara kebutuhan pokok dan barang-barang yang diinginkan.

Dengan sinyal kebijakan yang masih belum jelas, konsumen AS bersikap hati-hati dalam pengeluaran mereka. 

Hal ini membayangi musim yang biasanya menjadi periode paling cerah bagi perekonomian Amerika Serikat.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: