Tarif Impor Donald Trump, Pemerintah Masih Gelar Perundingan

Oleh: Sri Utami Setia Ningrum
Rabu, 30 Juli 2025 | 09:30 WIB
Presiden Prabowo Subianto tengah menelepon Presiden AS Donald Trump bahas tarif impor (Foto/Instagram Prabowo)
Presiden Prabowo Subianto tengah menelepon Presiden AS Donald Trump bahas tarif impor (Foto/Instagram Prabowo)

BeritaNasional.com -  Pemerintah masih terus melanjutkan negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) untuk menurunkan tarif impor untuk sejumlah komoditas andalan Indonesia, menyusul keputusan Negeri Paman Sam yang memberikan tarif lebih rendah kepada Jepang dan Uni Eropa (UE).

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, tarif resiprokal sebesar 19 persen yang disepakati sebelumnya antara Indonesia dan AS kini bukan lagi yang terendah, setelah Jepang dan Uni Eropa berhasil mendapatkan tarif hanya sebesar 15 persen.

"Sebenarnya kita masih negosiasi semuanya, termasuk tarif resiprokal 19 persen. Posisi saat itu kan kita terendah, kemarin tiba-tiba ada Eropa dengan Jepang yang dapat 15% jadi kita masih negosiasi lagi," ujarny.

Meski demikian, Susiwijono menerangkan tarif rendah yang didapat Jepang dan Uni Eropa bukan tanpa syarat. Jepang harus membeli produk AS, termasuk alat pertahanan, dengan total nilai 8 miliar dolar AS. Kemudian Jepang juga harus berinvestasi sebesar 550 miliar dolar AS.

Sementara, Uni Eropa disyaratkan membeli produk AS senilai 750 miliar dolar AS, dan penanaman investasi 600 miliar dolar AS. Menurutnya, syarat tersebut cukup berat jika dibandingkan dengan apa yang disepakati Indonesia dan AS.

Meski kesepakatan tarif 19%  telah dicapai, Indonesia masih menunggu pemberlakuan resmi dari pihak AS. Saat ini, tarif dasar yang berlaku atas ekspor Indonesia ke AS masih tarif dasar yang berada 10 persen dan telah diberlakukan sejak April 2025.

Lebih lanjut, menanggapi pernyataan Donald Trump yang bakal mengenakan tarif 15-20 persen kepada negara yang belum memiliki perjanjian dagang resmi, Susi mengatakan akan meminta klarifikasi dengan pihak AS terkait kejelasan implementasinya.

"Masa yang lain enggak ngapa-ngapain, (dikenakan) rata-rata 15-20 persen. Enggak mungkin gitu. Jadi kejelasannya seperti apa, kita harus tanyakan ke USTR, termasuk kita pun negara-negara yang sudah sepakat," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, selain soal tarif, kesepakatan dagang Indonesia-AS juga mencakup komitmen pembelian sejumlah produk asal AS.

Di antaranya pembelian energi sebesar 15 miliar dolar AS, produk pertanian senilai 4,5 miliar dolar AS, investasi 10 miliar dolar AS, serta pembelian 50 unit pesawat Boeing, sebagian besar model Boeing 777.

Meski telah menyepakati tarif resiprokal sebesar 19 persen, pemerintah masih melanjutkan proses negosiasi lanjutan dengan pihak AS.

Negosiasi lanjutan menyasar berbagai komoditas yang pada dasarnya tidak dapat diproduksi sendiri oleh AS, sehingga memiliki ketergantungan tinggi terhadap impor dari negara lain, termasuk Indonesia.

Baca juga: IHSG ditutup menguat seiring respon positif kesepakatan AS-Uni Eropa

Di antara komoditas yang menjadi fokus ialah produk-produk sumber daya alam unggulan Indonesia seperti kelapa sawit, kopi, kakao, dan produk agro lainnya. (Antara)sinpo

Editor: Sri Utami Setia Ningrum
Komentar: