Kaltim Ajukan 17 Warisan Budaya Tak Benda ke Kemenbud

BeritaNasional.com - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kalimantan Timur mengajukan 17 karya budaya dari berbagai kabupaten/kota untuk ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia oleh Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) RI.
Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kaltim Sih Sudiyono mengatakan, pengajuan ini merupakan langkah pemerintah provinsi untuk melindungi dan mendaftarkan kekayaan budaya Kaltim agar mendapat pengakuan di tingkat nasional.
"Upaya ini adalah bagian dari komitmen kami untuk memastikan kekayaan intelektual dan tradisi masyarakat Kaltim terlindungi serta diakui secara resmi oleh negara," ujar Sih Sudiyono.
Ke-17 karya budaya yang diusulkan tersebut mencakup beragam kategori mulai dari seni pertunjukan, kuliner, kerajinan tangan, hingga adat istiadat.
Beberapa diantaranya adalah Hudoq Kawit dan Nemlaai dari Mahakam Ulu, Beseprah dan Tari Topeng Penembe dari Kutai Kartanegara, Sulam Tumpar dari Kutai Barat, serta kuliner khas seperti Amplang dan Bubur Peca dari Samarinda.
Sudiyono memaparkan proses pengusulan WBTB memerlukan persyaratan yang ketat. Setiap usulan wajib didukung oleh naskah akademis atau deskripsi mendalam yang memuat sejarah, makna filosofis, cara pelestarian, dan para maestro atau pelaku yang masih aktif menjalankannya.
"Setiap warisan yang diusulkan harus berupa tradisi yang telah hidup dan diwariskan minimal selama 50 tahun. Kelengkapan data seperti tulisan, foto, dan video, menjadi syarat mutlak untuk dinilai oleh tim ahli di kementerian," tuturnya.
Ia mencontohkan keberhasilan penetapan WBTB sebelumnya, seperti permainan tradisional Belogo dari Kabupaten Paser. Menurutnya, Belogo diterima karena memiliki keunikan yang berbeda dari permainan serupa di daerah lain dan upaya pelestarian yang masih sangat kuat di tengah masyarakat.
Lebih lanjut, kata dia, Disdikbud Kaltim juga secara aktif mendorong keterlibatan generasi muda dalam pelestarian budaya. Salah satu program unggulan adalah Gerakan Seniman Masuk Sekolah, dimana para seniman lokal mengajar kesenian daerah untuk mengatasi kekurangan guru seni di sekolah.
"Kami juga rutin melibatkan siswa dalam peringatan hari bersejarah, menggelar lomba cerdas cermat budaya, hingga penulisan karya tulis. Ini adalah cara kami mengenalkan warisan budaya sejak dini kepada generasi penerus," kata Sudiyono.
Sumber: Antara
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 9 jam yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 16 jam yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 22 jam yang lalu