8 Tanda Orang Haus Validasi, Apa Saja?

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Senin, 18 Agustus 2025 | 04:00 WIB
Orang suka mencari validasi (Foto/Freepik)
Orang suka mencari validasi (Foto/Freepik)

BeritaNasional.com - Fenomena haus validasi semakin marak di era media sosial, di mana banyak orang mencari pengakuan eksternal untuk merasa berharga. Kebutuhan ini sering muncul dari keinginan untuk mendapatkan perhatian, pujian, atau pembenaran dari orang lain.

Perilaku ini, jika tidak disadari, dapat mengganggu kesehatan mental dan menghambat kebahagiaan sejati. 

Ketergantungan pada penilaian orang lain dapat membuat seseorang sulit menghargai dirinya sendiri dan kehilangan kebebasan dalam menentukan nilai pribadi.

8 Tanda orang haus validasi,

1. Mencari pengakuan lewat media sosial

Sering memposting kehidupan, menunggu “like” dan komentar sebagai sumber kebahagiaan. Jika tak mendapat respons, merasa gagal dan tidak berharga.

2. Terus membandingkan diri dengan orang lain

Selalu merasa kurang karena kehidupan orang lain terlihat “lebih baik.” Hal ini dapat memicu rasa iri dan rendah diri.

3. Selalu butuh pujian

Memerlukan sanjungan terus-menerus untuk merasa baik tentang diri sendiri, bahkan jika harus mengorbankan prinsip.

4. Menghindari kritik

Kritik konstruktif dianggap ancaman karena dianggap merusak citra diri, sehingga menolak saran meski positif.

5. Berusaha menyenangkan semua orang (people pleaser)

Demi mendapat penerimaan, sering mengesampingkan kebutuhan sendiri, takut ditolak atau tidak disukai.

6. Tidak puas dengan pencapaian sendiri

Selalu merasa pencapaian kurang dan terus mencari validasi eksternal. Sulit merasa bangga pada diri sendiri.

7. Takut menjadi diri sendiri

Hidup dengan membentuk persona demi diterima orang lain. Ketakutan diejek atau ditolak memaksa menyembunyikan jati diri.

8. Mudah terpengaruh pendapat orang lain

Mengubah pandangan, tindakan, bahkan impian demi memenuhi ekspektasi orang lain menghilangkan rasa jati diri.

Penyebab orang haus validasi

1. Harga diri rendah dan kurang validasi dalam diri maupun dari sekitar

Ketika seseorang merasa diabaikan atau tidak didengar, ia cenderung mencari pengakuan dari luar.

2. Pengalaman masa kecil yang kurang seimbang dalam validasi

Kekurangan atau kelebihan pujian saat kecil dapat membentuk pola bahwa validasi eksternal menjadi kebutuhan mendasar.

3. Merasa kesepian, cemburu, atau gangguan kepribadian tertentu

Keadaan emosional ini meningkatkan kebutuhan akan pengakuan dari orang lain.

Cara mengatasi kecenderungan haus validasi

1. Mulai dengan mengakui perasaan haus validasi

Sadari bahwa kamu mencari pengakuan eksternal, identifikasi konteksnya, dan pahami perilaku ini sebagai langkah pertama menyembuhkan.

2. Bangun validasi dari dalam (self-validation)

Gunakan afirmasi positif seperti “Saya kuat,” atau “Saya percaya diri.” Meditasi dan yoga juga efektif untuk membentuk ketenangan batin.

3. Berlatih mengatakan tidak

Tolak permintaan yang tidak kamu inginkan atau mampu lakukan, mulai dari hal kecil untuk menjadi lebih tegas.

4. Kelilingi diri dengan lingkungan yang mendukung

Teman dan komunitas yang menghargai tanpa syarat membantu membangun rasa aman dan mengurangi kebutuhan validasi eksternal.

5. Kurangi paparan media sosial

Jika media sosial memicu perbandingan, beri jeda, matikan notifikasi, atau ambil “waktu jauh” untuk pemulihan mental.

6. Fokus pada pertumbuhan pribadi dan syukur

Tetapkan tujuan yang sesuai nilai diri sendiri, rayakan pencapaian kecil, dan praktikkan rasa syukur sehari-hari.

7. Tetapkan batasan (boundaries) yang sehat

Hindari keperluan menyenangkan semua orang. Batasi interaksi beracun, dan pilih hubungan yang mendukung.

8. Jadilah autentik hidup apa adanya

Berani tampil menjadi diri sendiri tanpa topeng; ini membantu menarik orang yang benar-benar menghargaimu.

Menurut para pakar psikologi, akar masalah sering terletak pada rendahnya harga diri, pengalaman masa kecil yang tidak seimbang, atau ketergantungan emosional pada lingkungan sosial. Faktor-faktor ini dapat membentuk pola pikir yang membuat seseorang sulit merasa cukup tanpa pengakuan dari orang lain.

Sumber: Antarasinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: