Zelensky Kecam Serangan Kejam Rusia terhadap Gedung Pemerintah di Kyiv

BeritaNasional.com - Gedung utama pemerintah Ukraina di Kyiv menjadi sasaran serangan Rusia untuk pertama kalinya sejak perang dimulai. Perdana Menteri Ukraina Yulia Svyrydenko melaporkan bahwa atap dan lantai atas gedung tersebut rusak dan sempat terbakar.
Serangan yang dilancarkan Rusia pada Minggu (7/9/2025) malam ini menewaskan sedikitnya empat orang di seluruh Ukraina.
Di distrik Svyatoshynsky, Kyiv, sebuah bangunan tempat tinggal sembilan lantai diserang, menewaskan seorang bayi dan seorang wanita muda.
Dilansir dari BBC News pada Minggu, Angkatan udara Ukraina melaporkan bahwa Rusia meluncurkan rekor lebih dari 800 pesawat nirawak (drone) dan rudal dalam serangan ini. Sembilan rudal dan 56 drone berhasil menghantam 37 lokasi, sementara puing-puing drone jatuh di delapan lokasi lain. Serangan juga dilaporkan terjadi di kota Zaporizhzhia, Kryvyi Rih, dan Odesa, serta di wilayah Sumy dan Chernihiv.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam serangan tersebut di media sosial.
"Pembunuhan seperti itu sekarang, di saat diplomasi sesungguhnya bisa dimulai sejak lama, merupakan kejahatan yang disengaja dan upaya untuk memperpanjang perang," tulisnya.
Zelensky mendesak dunia untuk memiliki kemauan politik menghentikan serangan tersebut.
Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim serangan itu menargetkan kompleks industri militer dan infrastruktur transportasi Ukraina, yang disebut menimbulkan kerusakan pada gudang senjata dan peralatan militer.
Gedung pemerintahan yang diserang, yang juga dikenal sebagai gedung kabinet menteri, adalah simbol penting bagi Ukraina. Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko menduga sebuah drone mungkin secara tidak sengaja menabrak gedung kabinet setelah dicegat.
Ada gumpalan asap tebal dari belakang Maidan, Lapangan Kemerdekaan. Mereka juga melihat dua rudal jelajah Rusia melesat dengan kecepatan tinggi sebelum terdengar ledakan keras. Serangan ini dianggap sebagai serangan simbolis yang mengguncang publik Kyiv, sekaligus menunjukkan bahwa pernyataan Rusia tentang kesiapan berdamai hanyalah pencitraan.
TEKNOLOGI | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
POLITIK | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 1 hari yang lalu
TEKNOLOGI | 23 jam yang lalu