BMKG Tekankan Pentingnya Antisipasi dalam Cegah Karhutla, Bukan Sekadar Pemadaman

Oleh: Harits Tryan
Selasa, 14 Oktober 2025 | 20:00 WIB
Rapat Ekspose Pengendalian Karhutla Tahun 2025. (Foto/BMKG)
Rapat Ekspose Pengendalian Karhutla Tahun 2025. (Foto/BMKG)

BeritaNasional.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa kunci utama pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terletak pada kemampuan untuk mengantisipasi, bukan hanya bereaksi memadamkan api. Hal tersebut disampaikan dalam Rapat Ekspose Pengendalian Karhutla Tahun 2025 yang digelar oleh Kementerian Kehutanan di Jakarta, Senin (13/10/2025).

“Kunci pencegahan karhutla bukan hanya pada pemadaman, tetapi pada antisipasi. Dengan pemantauan dan prediksi yang tepat, kita dapat mengetahui wilayah mana yang secara alami mudah terbakar dan segera mengambil langkah pencegahan,” ujar Dwikorita dikutip, Selasa (14/10/2025).

BMKG menyerukan adanya perubahan fundamental dalam strategi pengendalian karhutla, yakni dari pendekatan pemadaman menjadi sistem antisipasi berbasis data ilmiah yang presisi. Melalui integrasi teknologi canggih, BMKG berhasil mengidentifikasi potensi kebakaran hingga satu pekan lebih awal dan meningkatkan curah hujan rata-rata sebesar 46% di area rawan selama musim kemarau 2025 melalui Operasi Modifikasi Cuaca (OMC).

Untuk mewujudkan sistem antisipatif tersebut, BMKG kini menggabungkan prediksi iklim 10 harian, prakiraan cuaca mingguan, prakiraan harian, serta Fire Danger Rating System (FDRS). Kombinasi data tersebut memungkinkan deteksi dini terhadap wilayah yang memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap kebakaran, sehingga langkah intervensi bisa dilakukan sebelum api muncul.

Pendekatan ini terbukti efektif melalui pelaksanaan OMC yang dilakukan secara strategis. Sepanjang musim kemarau 2025, BMKG bekerja sama dengan BNPB dan Kementerian Kehutanan melaksanakan OMC selama 143 hari dengan total 252 sorti penerbangan dan penggunaan lebih dari 222 ton bahan semai. Operasi tersebut berhasil menjaga kelembapan lahan gambut agar tidak mengering.

“OMC bukan sekadar menurunkan hujan, tetapi bagian dari sistem nasional mitigasi bencana berbasis data. Kolaborasi BMKG, BNPB, dan Kementerian Kehutanan menjadi bukti bahwa ilmu pengetahuan bisa langsung diterjemahkan menjadi aksi nyata di lapangan,” tegas Dwikorita.

Dalam kesempatan tersebut, BMKG juga mendorong penguatan sistem berbagi data (data sharing) antarlembaga, terutama untuk pemantauan muka air tanah (groundwater monitoring) yang menjadi indikator penting dalam deteksi dini kekeringan lahan. Dwikorita mengajak seluruh instansi terkait memperluas jejaring observasi digital hingga ke tingkat daerah guna membangun sistem peringatan dini yang lebih komprehensif.sinpo

Editor: Harits Tryan
Komentar: