Kualitas Udara Jakarta Terburuk ke-8 di Dunia Hari Ini, Warga Diimbau Gunakan Masker

Oleh: Tim Redaksi
Sabtu, 18 Oktober 2025 | 10:13 WIB
Kualitas udara Jakarta terburuk ke-8 di dunia hari ini, warga diimbau gunakan masker. (BeritaNasional/Elvis Sendouw)
Kualitas udara Jakarta terburuk ke-8 di dunia hari ini, warga diimbau gunakan masker. (BeritaNasional/Elvis Sendouw)

BeritaNasional.com - Kualitas udara di Jakarta pada Sabtu (18/10) pagi ini masuk kategori tidak sehat dan menduduki peringkat kedelapan sebagai kota dengan udara terburuk di dunia. Karenanya warga diimbau mengenakan masker ketika beraktivitas di luar ruangan.

Menurut situs pemantau kualitas udara IQAir yang dipantau di Jakarta, pada Sabtu pukul 08.25 WIB, kualitas udara di Jakarta berada di angka 144 dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2.5 atau masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif.

Terkait kondisi udara di Jakarta, situs tersebut juga merekomendasikan kepada kelompok sensitif agar sebaiknya tidak beraktivitas di luar ruangan.

Selain itu, bagi kelompok sensitif juga sebaiknya menggunakan masker. Begitu juga bagi masyarakat umum ketika beraktivitas di luar ruangan agar menggunakan masker.

Adapun kota dengan kualitas udara terburuk di dunia adalah Lahore, Pakistan dengan indeks kualitas udara di angka 270. Kemudian di urutan kedua Delhi, India dengan indeks kualitas udara di angka 211 dan di urutan ketiga ada Kolkata, India di angka 189.

Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta akan meniru kota-kota besar dunia seperti Paris dan Bangkok dalam menangani polusi udara.

“Belajar dari kota lain, Bangkok memiliki 1.000 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU), Paris memiliki 400 SPKU. Jakarta saat ini memiliki 111 SPKU dari sebelumnya hanya 5 unit. Ke depan kita akan menambah jumlahnya agar bisa melakukan intervensi yang lebih cepat dan akurat,” kata Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto di Jakarta, Selasa (18/3).

Ia menambahkan keterbukaan data menjadi langkah penting dalam memperbaiki kualitas udara secara sistematis. Penyampaian data polusi udara harus lebih terbuka agar intervensi bisa lebih efektif.

Dia menilai yang dibutuhkan bukan hanya intervensi sesaat, tetapi langkah-langkah berkelanjutan dan luar biasa dalam menangani pencemaran udara. DLH DKI Jakarta juga menargetkan penambahan 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah (low-cost sensors) agar pemantauan lebih luas dan akurat.

Sumber:Antarasinpo

Editor: Kiswondari
Komentar: