Masalah Ekonomi dan Patriarki Jadi Biang Kerok Ketimpangan Gender

Oleh: Kiswondari
Selasa, 04 November 2025 | 16:46 WIB
Masalah ekonomi dan patriarki jadi biang kerok ketimpangan gender. (Foto/Kementerian PPPA)
Masalah ekonomi dan patriarki jadi biang kerok ketimpangan gender. (Foto/Kementerian PPPA)

BeritaNasional.com - Di tengah kemajuan teknologi dan era globalisasi, masalah ketimpangan gender masih menjadi masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Biang keroknya adalah masalah ekonomi dan budaya patriarki yang masih mengakar kuat di masyarakat pada umumnya. Hal ini pula yang menjadi sorotan Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Veronica Tan. 

"Dalam banyak kasus kekerasan dan perdagangan orang, akar masalahnya selalu ekonomi. Perempuan di daerah terpaksa mencari jalan keluar lewat jalur berisiko, karena tidak punya pilihan ekonomi," kata Veronica dalam diskusi Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) lintas kementerian dan lembaga di Jakarta, Selasa (4/11/2025).

Veronica mencontohkan, dalam kunjungannya ke Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT), banyak perempuan menjadi tulang punggung keluarga dengan menenun, berternak dan bertani. Namun, perempuan ini tetap tidak diakui sebagai pekerja, karena identitas dalam KTP masih tercantum sebagai ibu rumah tangga.

“Perempuan sudah bekerja, tapi sistem tidak mengakui. Mereka tidak bisa mengakses bantuan, karena syarat administrasi tidak memadai,” ungkapnya.

Menurut Veronica, situasi ini membuat program bantuan pemerintah, seperti perhutanan sosial, pemberdayaan sosial dan UMKM sering tidak tepat sasaran, karena penerimanya tidak tercatat secara formal sebagai pekerja.

Selain ekonomi, Veronica menyebutkan faktor sosial-budaya juga menahan perempuan untuk tampil di ruang publik. Pada akhirnya, perempuan banyak yang hanya diam dan menerima saja bagaimanapun keadaannya. 

“Banyak perempuan diajarkan menerima saja, tidak berani bicara. Padahal, mereka adalah penggerak ekonomi nyata di desa,” ucapnya.

Oleh karena itu, ia menilai perlu perubahan sistem yang mengakui kerja perempuan dalam setiap sektor, termasuk pertanian dan UMKM.

“Kalau akar masalahnya ekonomi dan budaya, solusi harus sistemik. Kita harus ubah cara pandang dan regulasinya sekaligus,” tegas Veronica.

Sumber: Antarasinpo

Editor: Kiswondari
Komentar: