Kesaksian WNI di Taiwan: Bukan Gempa Biasa

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Jumat, 05 April 2024 | 09:00 WIB
Parahnya gempa di Taiwan (Foto/Video X China Daily)
Parahnya gempa di Taiwan (Foto/Video X China Daily)

Beritanasional.com - Gempa bumi berkekuatan 7,4 skala Richter melanda pantai timur Taiwan pada Rabu (3/4/2024) lalu. Gempa ini menyebabkan setidaknya sembilan orang meninggal dunia. Jumlah ini diperkirakan masih akan bertambah mengingat banyak orang masih terjebak.

“Gempanya dekat dengan daratan dan dangkal. Gempa ini terasa di seluruh Taiwan dan pulau-pulau lepas pantai. Gempa ini merupakan gempa terkuat dalam 25 tahun terakhir,” kata Wu Chien Fu, direktur Pusat Seismologi Taipei.

Judha Nugraha, selaku Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia Kementerian Luar Negeri RI mengatakan, hingga Rabu tidak terdapat informasi adanya WNI yang menjadi korban gempa atau tsunami.


Memasuki tahun keempat sebagai mahasiswa di National Dong Hwa University, Cladwin Aurelliano (WNI), 21 tahun, sudah terbiasa dengan gempa yang kerap terjadi di Hualien, Taiwan.

“Hualien itu memang sebenarnya rawan gempa. Walaupun terjadi kasur gerak-gerak atau lemari bersuara. Itu sudah biasa,” tutur Cladwin.

Dikutip dari BBC Indonesia, meski sudah terbiasa dengan gempa skala 4 sampai 5 skala Richter, Cladwin mulai merasa ada yang janggal sewaktu gempa terjadi, pada Rabu lalu.

“Barang-barang di atas lemari berjatuhan, air dari teko juga bertumpahan di lantai. Ini gempanya bukan gempa biasa,” ujar Cladwin.

Pemuda asal Medan, Sumatera Utara itu adalah salah satu mahasiswa asal Indonesia di Universitas Dong Hwa yang terkena dampak gempa. Dia memperkirakan ada sekitar 100 WNI yang bersekolah di kampus itu.

Cladwin menyebut gempa susulan masih terjadi dari pukul 08.00 hingga pukul 17.00 waktu setempat. Pihak kampus meminta para mahasiswa untuk berkumpul di depan asrama sesuai pelatihan hingga kira-kira pukul 12.00 siang. Mereka kemudian diperbolehkan kembali ke kamar masing-masing untuk mengecek barang-barang dan melaporkan kerusakan.

“Dari pemerintah, air tidak bisa digunakan sampai 11.30 malam hari waktu Taiwan. Tapi enggak tahu airnya diberhentikan atau memang rusak,” ujar Cladwin.

Felix, 25 tahun, seorang WNI yang bekerja sebagai staf teknis di Kota Taoyuan mengaku kaget dengan gempa di Taiwan. “Ini gempa terdahsyat selama saya lima tahun berada di Taiwan,” ujarnya.

Felix mengaku sedang rehat di asramanya karena pada Rabu merupakan jadwal liburnya. Dia mengaku mendapat notifikasi peringatan bahwa gempa berpotensi menimbulkan tsunami dan warga diimbau mengungsi ke shelter atau bunker terdekat

“Beberapa barang saya ikut berjatuhan ke lantai karena guncangan gempa,” ujar Felix.

“Jadi was-was juga karena diinfokan bakal ada gempa susulan untuk tiga sampai empat hari ke depannya,” tambahnya.
 sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: