Layanan Starlink Hanya Opsional, Wamenkominfo: Makin Banyak Opsi Semakin Bagus
BeritaNasional.com - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo), Nezar Patria, menyebut layanan berbasis satelit LEO, Starlink hanya sebagai opsi tambahan kepada masyarakat.
"Jadi lanskap industri telekomunikasi ini banyak, ada fiber optik, base transceiver station (BTS), dan lain-lain. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, saya kira fiber optik lebih unggul untuk konsumen, tapi jika ingin dapat akses ke daerah terpencil bisa gunakan koneksi Starlink," kata Nezar di Universitas Paramadina, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Sehingga menurutnya kehadiran layanan internet milik Elon Musk ini hanya sebatas opsional.
"Ini opisi masyarkaat saja, semakin banyak opsi kan makin bagus," ucapnya lebih lanjut.
Kendati demikian, Nezar menekankan pihaknya bakal mendorong layanan Starlink untuk melayani wilayah daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T).
"Saat ini mulai beroperasi, dan kita masih terus memonitor. Efektivitas, lalu juga bagaimana Starlink bisa membantu konektivitas daerah 3T," ujar dia.
Meskipun tidak dipungkiri, layanan internet satelit ini kini mudah dapat dimanfaatkan oleh semua orang di berbagai wilayah Tanah Air, dengan perangkat yang bisa dibeli langsung secara daring, dan juga pengaplikasiannya sangat mudah.
Sebelumnya, kepada BeritaNasional pengamat telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Joseph Matheus Edward, menilai jika Starlink sampai menawarkan layanan mobile internet berbasis satelit, makan bakal membuka pintu persaingan dengan operator seluler.
"Apalagi jika tawarannya akses internet unlimited," kata Ian.
Menurutnya untuk menjamin persaingan yang sehat di industri telekomunikasi, kerjasama B2C bisa dimanfaatkan untuk layanan internet yang mencakup daerah yang belum terjangkau oleh operator eksisting.
"Untuk yang telah terjangkau oleh operator eksisting, akan menjadi komplementer atau tambahan. Jika B2B maka Internet Service Provider (ISP) sebagai perluasan Starlink dapat menawarkan layanan untuk wilayah yang lebih luas," katanya.
Secara posisi, operator eksisting bisa menjadi salah satu distributor atau agen Starlink untuk distribusi jika B2C.
"Ataupun bekerjasama B2B sebagai salah satu alternatif backhaul untuk perluasan daerah, untuk operator yang sudah menjalankan layanan Fixed Mobile Convergence (FMC). Karena backbone optik dengan akses optik, wireless FWA ataupun mobile wireless, tidak akan menjadi masalah karena Service Level Agreement atau SLA-FMC akan lebih baik," jelas Ian yang juga Dosen ITB itu.
"Yang jadi permasalahan ialah dengan ISP yang menawarkan FUP akan bersaing ketat oleh Starlink jika menawarkan unlimited akses," katanya lagi.
Sebagai catatan, sebelumnya Starlink hanya menyasar sektor business to business (B2B), melalui kerjasama Telkomsat dan Smartfren. Kini mereka juga membidik business to consumer (B2C), dengan mengikuti regulasi yang ada dan berlaku di Indonesia.
5 bulan yang lalu
DUNIA | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 1 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
POLITIK | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu