Imbas PDNS Dibobol, Panglima TNI Siapkan Rekrutmen Khusus IT
BeritaNasional.com - Serangan ransomware yang dilakukan oleh kelompok peretas Brain Cipher terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) terus berkembang dan telah memasuki babak baru.
Selain itu kejadian ini pun menjadi evaluasi pemerintah, untuk membenahi berbagai kelemahan siber yang dimiliki.
Merespons hal itu, Agus Subiyanto, Panglima Tentara Nasional Indonesia, menjelaskan TNI memiliki satuan siber, dan kini tengah mengubah cara rekutmennya agar memiliki kemampuan unggul.
"Kami sedang mengubah doktrinnya dan rekrutmennya harus dari mereka yang memiliki kemampuan IT. Mereka akan masuk melalui rekrutmen khusus, dengan pendidikan khusus sebelum ditempatkan di satuan siber," kata Agus di Gedung DPR,
"Jadi tidak melalui jalur bintara umum, tamtama umum, atau perwira umum. Rekrutmen khusus ini mencari personel yang sudah memiliki kemampuan IT sejak kuliah atau SMA," katanya lebih lanjut.
Ketika dikonfirmasi soal mengenai Penanganan SDM dan kabar data Badan Intelijen Strategis (Bais) diretas? Agus menegaskan kini sedang fokus pada SDM.
"Kami fokus pada SDM-nya terlebih dahulu. Jika SDM-nya sudah bagus, penanganan akan lebih baik," tuturnya.
"Terkait PDN, kami sedang mengevaluasi, baik dari segi SDM maupun alat-alatnya yang harus bagus," tandas Agus.
Kondisi terkini PDNS 2
Sebelumnya, Mantan Dirjen Aptika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Semuel Pangerapan mengungkapkan bahwa sampel Kunci PDN Gratis yang terenkripsi oleh ransomware berhasil dibuka, namun tidak semua data telah berhasil didekripsi.
"Kami sudah mencoba pada data spesimen kami, dan memang berhasil dibuka. Tetapi, kami belum tahu karena banyak data yang masih terkunci," kata Semuel dalam konferensi pers di kantor Kemenkominfo, Kamis (4/7/2024).
Lebih jauh, Semuel juga tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang kondisi data PDNS 2 yang sempat dikunci ransomware.
Dia mengatakan bahwa informasi lebih lanjut mengenai upaya dekripsi akan disampaikan oleh Kominfo nanti.
"Proses dekripsi masih sedang dikerjakan oleh tim teknis. Jadi, jangan ditanya terlalu mendalam untuk saat ini," paparnya lagi.
Sementara pakar Teknologi Informatika (TI), Onno W. Purbo, mengaku merasa tidak nyaman dengan kunci 'gratis' yang diberikan Brain Cipher ke pemerintah.
"Jujur, saya pribadi tidak percaya ada hacker yang mau berkomunikasi plus memberikan key dengan mudah, karena bisa dilacak," jelas Onno kepada BeritaNasional.com, belum lama ini.
Menggunakan kunci yang diberikan para hacker pun juga tidak semudah hanya menerima, lalu membuka tangan lebar-lebar untuk mengaplikasikannya.
Ilmuwan dan pakar di bidang teknologi informasi ini menekankan perlu serangkaian tes ketat yang harus dilalui terlebih dahulu.
"Key-nya perlu diuji dulu. Jangan di live system. Copy image live system ke mesin lain yang terpisah dan harus terisolasi. Jalankan lalu lakukan forensik," paparnya secara teknis.
"Kalaupun misalnya key-nya benar, semua Virtual Machine bisa terbuka. Sekarang hackernya jadi bisa menyerang 600-700 kementerian/lembaga. Lebih kacau lagi ceritanya," lanjutnya.
Untuk memangkas serangan hacker itu, Onno pun menyarankan untuk membuat sistem yang baru.
"Langkah yang perlu dilakukan supaya aman, buat mesin atau sistem baru lalu buat pertahanan, kemudian bangun sistem backup yang memadai. Restore data ke sistem baru ini. Sistem lama sebaiknya jangan dipakai," ungkapnya.
5 bulan yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
TEKNOLOGI | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
POLITIK | 2 hari yang lalu