Mengenal Virus West Nile

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Selasa, 15 Oktober 2024 | 10:35 WIB
Ilustrasi Virus West Nile (Foto/Pixabay)
Ilustrasi Virus West Nile (Foto/Pixabay)

BeritaNasional.com - Virus West Nile menyebar di Amerika Serikat dan Eropa. Penyakit mematikan ini telah ada selama beberapa dekade, tapi belum ada vaksin dan obatnya pada manusia.

Setelah berkarier sebagai salah satu peneliti HIV terkemuka di dunia dan berperan dalam perjuangan pemerintah Amerika Serikat (AS) melawan pandemi Covid-19, virus West Nile membuat Anthony Fauci terkapar. Ia bahkan harus dirawat di rumah sakit.

Pada Agustus lalu, pria berusia 83 tahun ini mulai menunjukkan gejala demam, menggigil, dan kelelahan setelah tertular virus West Nile, patogen yang ditularkan melalui nyamuk yang pertama kali ditemukan di Uganda pada 1930-an.

Namun, Fauci tidak tertular virus tersebut di Afrika Timur, dia dilaporkan digigit nyamuk yang terinfeksi virus ini di halaman belakang rumahnya di Washington DC, AS.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan kepada BBC, sebanyak 2.000 orang Amerika jatuh sakit karena virus West Nile tiap tahun—mengakibatkan 1.200 penyakit neurologis yang mengancam jiwa dan lebih dari 120 kematian.

"Siapa pun bisa berisiko terinfeksi," ujar Kristy Murray, seorang profesor pediatri di Emory University di Atlanta, Georgia.

"Gigitan nyamuk saja sudah cukup untuk terinfeksi. Dan meskipun kebanyakan orang tua yang terkena penyakit ini, orang muda juga bisa terkena," ujarnya.

Carolyn Gould, seorang petugas medis di Divisi Penyakit yang Ditularkan Melalui Vektor CDC di Fort Collins, Colorado, mengatakan, wabah West Nile yang sporadis dan tidak bisa diprediksi telah menjadi rintangan besar.

Sebab virus tersebut beredar pada waktu tertentu untuk bisa membuktikan bahwa vaksinnya betul-betul berfungsi.

"Beberapa uji klinis diluncurkan saat situasinya sedang tidak banyak kasus," ujar Kristy Murray.

"Namun kemudian terjadi wabah pada tahun 2012 di mana kami memiliki lebih dari 2.000 kasus di Texas saja, dan lebih dari 800 di antaranya merupakan kasus yang parah."

"Jadi jika mereka menunggu beberapa tahun, mereka bisa mendapatkan suspek yang mereka butuhkan," katanya.

Kristy Murray menambahkan, kebutuhan yang paling mendesak adalah obat yang tidak hanya membersihkan virus. Namun juga digunakan untuk meredakan peradangan hebat di dalam otak yang menyebabkan banyak komplikasi neurologis.

Ia menduga dalam beberapa kasus virus tersebut membuat tempat persembunyian di dalam sel-sel saraf otak yang tidak mudah diserang.sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: