Arkeolog Minta Pemerintah Rangkul Antikuarian, Ini Tujuannya

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Rabu, 23 Oktober 2024 | 07:30 WIB
Antikuarian harus paham ontentisitas benda bersejarah (Beritanasional/Meta)
Antikuarian harus paham ontentisitas benda bersejarah (Beritanasional/Meta)

BeritaNasional.com - Dosen Arkeologi Universitas Udayana Iwan Kristiawan mengatakan, pemerintahan baru terkhusus Kementerian Kebudayaan harus merangkul komunitas antikuarian, agar benda-benda bersejarah tetap memiliki ontentisitas yang kuat.

"Kalau tidak difasilitasi, saya khawatir semakin masif dan mereka tidak terkendali," ujarnya.

Antikuarian merupakan pencinta barang antik yang cenderung tertarik terhadap objek barang antik saja, bukan kepada konteks arkeologi dan budaya yang terkandung di dalam benda antik tersebut.

Iwan yang menjabat sebagai Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Wilayah Bali dan Nusa Tenggara tersebut bercerita asal mula pembentukan Museum Nasional pada zaman kolonial dilakukan oleh para antikuarian yang menggemari barang-barang antik.

Koleksi barang antik yang dimiliki oleh para antikuarian dikumpulkan oleh pemerintahan Hindia Belanda sampai akhirnya dijadikan museum.

"Sekarang kondisi di luar museum banyak antikuarian di daerah-daerah. Harapan ke depan kementerian baru harus fokus melihat bahwa fenomena antikuarian yang banyak itu harus segera difasilitasi," kata Iwan dikutip dari Antara.

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa di dalam mengoleksi benda-benda bersejarah yang mempunyai nilai penting bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan, maka otentisitas sangat penting.

Jika antikuarian tidak memahami bagaimana mempertahan otentisitas, maka situasi itu kelak berbahaya bagi catatan sejarah peradaban bangsa Indonesia ke depan.

Iwan juga mengapresiasi nomenklatur baru Kabinet Merah Putih yang memiliki Kementerian Kebudayaan, sehingga kegiatan melestarikan dan mengembangkan kebudayaan di Indonesia bisa lebih fokus.

"Harapan saya, adanya Kementerian Kebudayaan bisa bikin kondisi kebudayaan lebih baik," kata Iwan.sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: