Jangan Pelit Senyum Karena Senyum Kaya Manfaat

Oleh: Sri Utami Setia Ningrum
Jumat, 01 November 2024 | 09:30 WIB
Ilustrasi senyuman (BeritaNasional/Freepik)
Ilustrasi senyuman (BeritaNasional/Freepik)

BeritaNasional.com -  Senyum merupakan ekpresi sederhana nan segudang manfaat. Memberikan senyuman dipercaya sebagai tindak kebaikan yang paling mudah dilakukan setiap orang.  Bahkan orang muslim percaya tersenyum merupakan sedekah paling gampang dan indah. Lalu apa sih dampaknya bagi kesehatan???

Dilansir dari berbagai sumber Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo mengatakan, saat tersenyum, bagian otak yang mengatur emosi bahagia diaktifkan. Dengan senyum, hormon pemicu stres berkurang, sementara hormon pembangkit mood meningkat. 

Senyuman juga menstimulasi otak yang bisa membuat pikiran lebih positif. Bahkan, dengan tersenyum, seseorang bisa menurunkan tekanan darahnya. Penelitian di Inggris juga menunjukkan, sekali senyuman bisa menimbulkan efek stimulasi di otak setara dengan efek yang didapatkan dari makan 2 ribu batang cokelat. 

 Senyum merupakan cara paling ringan yang bisa dilakukan seseorang untuk mendapatkan banyak manfaat positif. Pasalnya, kata Vera, seseorang hanya butuh menggunakan 17 otot di wajah untuk tersenyum. Bandingkan saja dengan mengerenyitkan dahi. Seseorang butuh lebih dari 40 otot di wajah saat mengerenyitkan dahi.


Senyum Duchenne untuk bisa mendapatkan beragam manfaat senyum tersebut. Tidak semua jenis senyum memberikan dampak sama. Dari beragam tipe senyum, hanya senyum ala Duchennelah yang memberikan manfaat paling maksimal.

Duchenne smile yang paling bisa memberi efek stimulasi otak," katanya. 

Duchenne smile hanya terjadi saat seseorang memberikan senyum tulus, yakni ketika otot mata ikut tersenyum. Dengan kata lain, saat tersenyum, mata akan ikut berkerut dan menampakkan gigi. Tipe senyuman ini juga bisa membedakan antara senyum palsu atau sungguhan.

Dalm.kajian para ahli lainnnya seperti di University of South Australia mengungkap tentang dampak lain dari senyuman. Para ahli di universitas itu mengawali penelitian dengan asumsi, senyum adalah sesuatu yang sangat penting terutama di tengah kondisi dunia yang dilanda pandemi.

Penelitian dipimpin oleh pakar kognitif, Fernando Marmolejo-Ramos. Ia pertama kali mempublikasikan hasil eksperimennya atas senyum melalui jurnal Experimental Psychology.. 

Menurut Fernando, senyum dapat dimanipulasi untuk mengetahui korelasi antara otot wajah, gestur tubuh, dan rangsangan terhadap otak dari senyum itu sendiri.

Manipulasi senyum dilakukan Fernando dan tim terhadap sejumlah peserta penelitian. Para peserta diminta untuk menjaga senyumnya masing-masing dengan cara menggigit pensil. Hasil amatan kemudian menunjukan bahwa senyum tidak hanya memicu aktivitas otot di wajah tapi juga gestur tubuh, yang mana dari keduanya dapat menghasilkan rangsangan positif bagi peserta.

"Ketika otot-otot Anda mengatakan Anda bahagia, Anda lebih cenderung melihat dunia sekitar dengan cara yang positif. Dalam penelitian, kami menemukan bahwa ketika seseorang dapat 'memaksa' dirinya untuk tersenyum, maka ia dapat merangsang pusat emosi dalam otak yakni amigdala untuk melepaskan neurotransmiter, yang menjaga keadaan emosional seseorang tetap positif," kata Fernando, seperti dilansir Sciencedaily, beberapa waktu lalu.

Fernando mengatakan eksperimen bernama 'Pen in Teeth' ini menjadi implikasi yang menarik untuk kesehatan mental. Jika seseorang bisa 'menipu' otaknya sendiri dengan dengan senyum, maka ia dapat memanfaatkan mekanisme ini untuk memicu rasa 'bahagia'.

Singkatnya, sistem persepsi dan motorik saling terkait saat kita memproses rangsangan emosional. Pendekatan pura-pura tersenyum saat berhasil dapat menghasilkan sesuatu yang berharga yang kita harapkan.sinpo

Editor: Sri Utami Setia Ningrum
Komentar: