Tinggalkan Pola Asuh Anak dengan Mengancam

Oleh: Sri Utami Setia Ningrum
Kamis, 14 November 2024 | 10:30 WIB
Ilustrasi Pola Asuh dengan Ancaman (BeritaNasional/Freepik)
Ilustrasi Pola Asuh dengan Ancaman (BeritaNasional/Freepik)

BeritaNasional.com -  Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tidak membenarkan pola asuh dengan menggunakan ancaman karena akan mengganggu perkembangan emosional anak.

"Pola asuh yang menggunakan ancaman, antara lain seperti membawa ke kantor polisi, tidak dianggap sebagai pendekatan yang sehat atau efektif dalam mendidik anak," kata Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA Nahar. 

Pernyataan ini disampaikan Nahar merespons aksi seorang ibu di Gorontalo yang membawa anak laki-lakinya ke kantor polisi, karena sang anak disebut sulit diatur. 

Nahar menuturkan pendekatan orang tua tersebut bisa menimbulkan dampak negatif, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Situasi ini dapat menyebabkan rasa takut yang berlebihan pada anak dan dapat mengganggu perkembangan emosional anak, dan dalam beberapa kasus, bisa berujung pada trauma atau kecemasan yang berkepanjangan. 

"Jika upaya ini dipaksakan untuk mengontrol perilaku, hubungan antara anak dan orang tua akan menjadi tidak baik. Anak mungkin tidak merasa didengarkan atau dipahami, melainkan hanya merasa takut atau tertekan," ujarnya. 

Selain itu, orang tua tidak membangun pemahaman yang sehat tentang tanggung jawab kepada anak.

"Dengan mengandalkan ancaman, anak mungkin tidak belajar tentang mengapa perilaku mereka salah, atau apa akibat yang wajar dari tindakan mereka"

Padahal menurut dia, anak perlu memahami konsep tanggung jawab dan bagaimana tindakan mereka mempengaruhi orang lain atau diri mereka sendiri, bukan hanya takut pada hukuman. 

Berikut ini cara yang bisa kita lakukan untuk menghindari mendidik anak dengan cara mengancam:

 1. Cobalah untuk membuat tugas atau hal yang ingin kita ajarkan itu menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Orangtua juga dapat berpartisipasi dengan anak.

2. Berikan penghargaan dan pujian yang tulus sebagai motivasi yang positif untuk anak yang telah melakukan sesuatu yang baik.

 3. Berikan penjelasan singkat ketika anak harus melakukan sesuatu. Entah itu, sebab akibatnya yang bisa meyakinkan anak untuk mau melakukannya.

 4. Abaikan kesalahan kecil yang dibuat anak-anak saat menyelesaikan pekerjaan. Bagaimana pun, setiap orang belajar dari kesalahannya, begitu pula orangtua. 

5. Gunakan kata tolong, agar anak pun merasa tidak dipaksa melakukan sesuatu. Selain itu, ini bisa menjadi cara membiasakan anak untuk menggunakan kata tolong, bukan hanya sekadar memerintah orang lain dengan tidak sopan.sinpo

Editor: Sri Utami Setia Ningrum
Komentar: