Melihat Teknik Pewarnaan Alami Masyarakat Dayak Iban dengan Daun Engkrebai dan Rengat Akar

Oleh: Tim Redaksi
Minggu, 17 November 2024 | 23:00 WIB
Penenun kain. (Foto/Indonesia Fashion Week)
Penenun kain. (Foto/Indonesia Fashion Week)

BeritaNasional.com - Masyarakat Dayak Iban di Kalimantan memiliki tradisi pewarnaan alami yang unik dan ramah lingkungan dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia di sekitar hutan tropis.

Salah satu bahan utama yang digunakan adalah daun engkrebai (Erythrina variegata) dan rengat akar. 

Tanaman-tanaman ini tumbuh subur di hutan Kalimantan dan menjadi bagian penting dalam proses pewarnaan tradisional yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Proses Pewarnaan Tradisional

Pewarnaan dimulai dengan pemilihan daun engkrebai yang segar dan berwarna hijau muda. Daun ini dipilih karena mengandung kualitas zat pewarna terbaik yang mampu menghasilkan warna yang kaya dan tahan lama. 

Setelah dipetik, daun-daun tersebut dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran, lalu direbus dalam air selama beberapa jam. Proses ini menghasilkan cairan dengan warna merah kehitaman yang kuat.

Rengat akar juga digunakan untuk menambah intensitas warna atau menciptakan variasi warna tertentu. 

Kombinasi kedua bahan alami ini memungkinkan masyarakat Dayak Iban menghasilkan kain yang tidak hanya indah tetapi juga mencerminkan harmoni dengan alam.

Kain Tenun dengan Warna yang Bermakna

Hasil pewarnaan alami ini digunakan untuk mewarnai benang yang kemudian dijadikan kain tenun. 

Tenun Dayak Iban sering kali memiliki motif-motif khas yang sarat akan makna budaya, spiritualitas, dan identitas suku. 

Warna-warna alami ini menambah kedalaman pada motif tersebut, memperkuat keterikatan masyarakat Dayak Iban dengan alam yang menjadi sumber kehidupan mereka.

Pelestarian Tradisi dan Alam

Teknik pewarnaan alami ini juga menunjukkan kearifan lokal dalam memanfaatkan kekayaan hutan secara berkelanjutan. 

Dengan tidak menggunakan bahan kimia, proses ini menjaga ekosistem hutan tropis tetap lestari.

Namun, di tengah modernisasi dan tekanan terhadap lingkungan, tradisi ini menghadapi tantangan dalam mempertahankan kelestariannya.

Masyarakat Dayak Iban terus berupaya menjaga dan memperkenalkan teknik pewarnaan ini ke generasi muda, sekaligus mempromosikannya ke dunia luar sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan. 

Proses ini menjadi simbol hubungan yang harmonis antara manusia dan alam, sekaligus bukti bahwa warisan tradisional memiliki potensi besar dalam mendukung keberlanjutan di masa depan.

Teknik pewarnaan alami masyarakat Dayak Iban adalah cerminan kearifan lokal yang luar biasa. 

Dengan memanfaatkan daun engkrebai dan rengat akar dari hutan Kalimantan, mereka menciptakan keindahan yang tidak hanya menonjolkan estetika tetapi juga mengajarkan nilai-nilai keberlanjutan. 

Tradisi ini patut dijaga dan diapresiasi sebagai bagian penting dari identitas budaya Indonesia.

(Nailil Hikmah/Magang)sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: