Kinerja Smartfren Anjlok di 2024, Merger Menjadi Harapan Pemulihan Perusahaan
BeritaNasional.com - PT SmartFREN Telecom Tbk. (FREN), bagian dari Grup Sinarmas, melaporkan hasil kinerja yang kurang memuaskan untuk periode Januari-September 2024.
Perusahaan mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp 1 triliun. Pendapatan hingga akhir September 2024 tercatat sebesar Rp 8,54 triliun, mengalami penurunan 1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp 8,62 triliun. Penurunan ini juga tercermin dalam berkurangnya jumlah pengguna aktif yang kini hanya mencapai 35,9 juta.
Presiden Direktur Smartfren, Merza Fachys, mengungkapkan bahwa kuartal ketiga 2024 merupakan periode penuh tantangan bagi perusahaan.
"Kami menghadapi banyak tekanan di kuartal ketiga ini. Persaingan semakin ketat," ujar Merza di Jakarta, pada Senin (23/12/2024).
Tiga Faktor Penyebab Penurunan Kinerja Smartfren pada 2024
Lebih lanjut Merza membeberkan tiga faktor utama yang mempengaruhi penurunan kinerja Smartfren pada 2024 adalah persaingan yang semakin ketat dengan pemain baru, semakin menjamurnya layanan RT/RW Net, dan perubahan perilaku konsumen yang semakin selektif dalam memilih penyedia layanan internet berdasarkan harga, kuota, dan kualitas jaringan.
Kendati demikian Merza tetap optimistis tentang perbaikan kinerja perusahaan pada kuartal IV-2024. Ia berharap, rencana merger antara PT XL Axiata Tbk., PT Smartfren Telecom Tbk., dan PT Smart Telecom (SmartTel) yang akan membentuk entitas baru PT XLSmart Telecom Sejahtera Tb, dapat meningkatkan performa finansial Smartfren. "Mudah-mudahan kami bisa bangkit kembali ke level sebelumnya. Saya optimis pendapatan akan lebih baik," ujar Merza.
Proses merger ini diharapkan selesai pada semester I-2025, dengan proyeksi dana segar US$475 juta yang akan diperoleh oleh Axiata. Setelah transaksi, Axiata akan menerima US$400 juta dan tambahan US$75 juta pada akhir tahun pertama setelah memenuhi berbagai syarat.
Optimisme Kuartal IV-2024: Pelanggan Smartfren Diproyeksikan Tumbuh
Meski menghadapi berbagai tantangan, Merza tetap optimistis bahwa Smartfren akan mengalami rebound di kuartal IV-2024. "Kami berharap kuartal keempat bisa tumbuh, dan kami optimis bisa kembali bangkit," tambahnya.
Sebagai catatan hingga akhir September 2024, total aset Smartfren tercatat Rp 42,4 triliun, turun dibandingkan posisi pada Desember 2023 yang mencapai Rp 45,04 triliun.
Liabilitas perusahaan juga turun menjadi Rp 20,76 triliun pada periode yang sama, berkurang dari Rp 29,3 triliun pada tahun sebelumnya. Namun, ekuitas Smartfren tercatat mengalami peningkatan signifikan, mencapai Rp 21,7 triliun per 30 September 2024, dibandingkan Rp 15,67 triliun pada akhir 2023.
6 bulan yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
EKBIS | 17 jam yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu