Minggu, 09 Maret 2025
JADWAL SALAT & IMSAKIAH
Imsak
00:00
Subuh
00:00
Zuhur
00:00
Ashar
00:00
Magrib
00:00
Isya
00:00

Soal Ukraina, Trump Yakin Putin Inginkan Perdamaian

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Minggu, 09 Maret 2025 | 06:00 WIB
Presiden AS Donald Trump (Foto/X Donald J Trump)
Presiden AS Donald Trump (Foto/X Donald J Trump)

BeritaNasional.com - Pejabat Amerika mengatakan masih memberikan informasi intelijen yang akan memungkinkan Ukraina untuk mempertahankan diri.

Serangan udara terbaru Rusia terhadap sasaran di Ukraina tidak meredam harapan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menjadi penengah kesepakatan untuk mengakhiri pertempuran antara Moskow dan Kiev.

Pejabat Ukraina menuduh Rusia meluncurkan lebih dari 200 serangan rudal dan pesawat nirawak terhadap infrastruktur energi Ukraina di sebagian besar wilayah negara itu. Serangan udara itu mengenai sasaran di lima wilayah sambil merusak bangunan tempat tinggal dan melukai penduduk.

Namun Trump mengatakan, ia mempercayai perkataan Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa ia menginginkan perdamaian.

“Saya percaya kepadanya (Putin). Saya pikir kita baik-baik saja dengan Rusia,” kata Trump, mengakui bahwa untuk saat ini mereka mengebom habis-habisan Ukraina.

“Ia melakukan apa yang akan dilakukan oleh orang lain,” kata Presiden AS tentang Putin. “Saya pikir mungkin siapa pun dalam posisi itu akan melakukan itu (serangan.red) sekarang.”

Trump juga terus mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap Kiev.

"Sejujurnya, saya merasa makin sulit untuk berurusan dengan Ukraina. Mereka tidak punya 'kartu'," katanya kepada wartawan.

"Saya harus tahu bahwa mereka ingin berdamai. Saya tidak tahu apakah mereka ingin berdamai," katanya.

"Jika mereka tidak ingin berdamai, kita akan keluar dari sana karena kita ingin mereka berdamai," ujarnya.

Sementara itu, pejabat Amerika lainnya telah menolak anggapan bahwa taktik Trump untuk membawa Rusia dan Ukraina ke meja perundingan — yang mencakup penghentian sementara bantuan militer dan pembagian informasi intelijen dengan Kiev membuat Ukraina lebih rentan.

Direktur Intelijen Nasional AS Tulsi Gabbard mengatakan kepada Fox News, bahwa jeda dalam pembagian informasi intelijen dirancang hanya untuk mencegah Ukraina melancarkan operasi ofensif terhadap Rusia.

Gabbard menambahkan, "Setiap informasi intelijen (dari Amerika) yang digunakan untuk membela Ukraina terhadap serangan yang datang ke negara mereka akan terus berlanjut."

Seorang pejabat pertahanan mengonfirmasi kepada VOA bahwa tidak ada jeda dalam pembagian informasi intelijen yang akan memungkinkan Ukraina untuk mempertahankan diri. Pejabat itu menambahkan bahwa Ukraina juga memiliki akses ke Starlink, sistem internet satelit yang dimiliki oleh sekutu Trump, Elon Musk.

Sumber: VOAsinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: