Selasa, 18 Maret 2025
JADWAL SALAT & IMSAKIAH
Imsak
00:00
Subuh
00:00
Zuhur
00:00
Ashar
00:00
Magrib
00:00
Isya
00:00
RAMADAN 2025

Habib Ja’far Ungkap Konsep Zuhud dalam Islam

Oleh: Tim Redaksi
Selasa, 18 Maret 2025 | 03:30 WIB
Ilustrasi jemaah sedang membaca Al-Qur'an. (BeritaNasional/Oke Atmaja)
Ilustrasi jemaah sedang membaca Al-Qur'an. (BeritaNasional/Oke Atmaja)

BeritaNasional.com -  Habib Husein Ja'far Al-Hadar menyampaikan bahwa cinta sejati berkaitan erat dengan kesendirian. Ia mengaitkan konsep ini dengan prinsip zuhud dalam Islam.

Seseorang tidak terpengaruh oleh gemerlap kehidupan duniawi. Ia mencontohkan kisah Nabi Musa yang bertafakur di atas bukit serta Nabi Muhammad yang bermeditasi di Gua Hira, menunjukkan bahwa kesendirian dapat menjadi jalan menuju cinta yang hakiki.

"Karena kesendirian itu membuat kita mengetahui apa makna keramaian selama ini. Cinta itu soal kedaulatan, (seperti) tidak peduli saat kita dicaci,” ujar Habib Ja’far dalam tayangan YouTube Channel bertajuk Dan Gelombang Cinta pada 27 September 2021.

Ia menekankan bahwa konsep cinta dalam kesendirian bukan berarti menganjurkan hidup secara individualis, tetapi lebih kepada bagaimana seseorang dapat menjalani kehidupan tanpa terlalu terpengaruh oleh lingkungan sekitar.

Ia mencontohkan bagaimana Nabi Muhammad tetap menunjukkan cinta dan kasih sayang, meskipun mengalami perlakuan buruk dari kaumnya.

"Ketika Nabi Muhammad di Thaif dan disakiti oleh penduduk Thaif, Nabi tetap dengan kedaulatan cintanya. Karena itu, Nabi mengajarkan kita dalam shalat, inna shalâti wanusukî wa maḫyâya wamamâtî lillâhi rabbil ‘âlamîn,” ungkap pria kelahiran Bondowoso, Jawa Timur ini.

Habib Ja'far menambahkan bahwa jika seseorang telah menanamkan cinta sejati dalam dirinya, maka ia tidak akan merasa terganggu meskipun dicaci, disakiti, atau bahkan kehilangan nyawanya, selama ia tetap berada dalam kecintaan kepada Allah.

Ia juga mengkritisi fenomena sosial di era digital, di mana banyak individu, khususnya generasi milenial, lebih mementingkan citra di media sosial daripada menjadi diri sendiri.

"Mereka lebih mementingkan penampilan daripada keaslian," ujarnya.

Ia pun mengajak generasi muda untuk melepaskan "topeng" yang mereka kenakan di media sosial dan mulai menjalani kehidupan yang lebih autentik.

“Pelajaran yang kita dapatkan, mari kita menanggalkan topeng-topeng itu. Khususnya generasi milenial di media sosial.”

Sebagai penutup, Habib Ja'far mengingatkan akan makna kalimat Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, yang berarti bahwa kita semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Menurutnya, kebahagiaan sejati hanya bisa diperoleh dari Allah, sehingga manusia harus menyadari bahwa sumber kebahagiaan sejati bukanlah dunia, melainkan hubungan yang kuat dengan Sang Pencipta.

(Red/Muhammad Dzaki Ramadhan)sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: