Mengenal Dispepsia: Gejala, Penyebab, Pengobatan, hingga Pencegahannya

Oleh: Tim Redaksi
Sabtu, 14 Juni 2025 | 02:00 WIB
Ilustrasi penderita dispepsia. (Foto/Freepik)
Ilustrasi penderita dispepsia. (Foto/Freepik)

BeritaNasional.com - Dispepsia, atau yang lebih dikenal masyarakat awam sebagai sakit maag, adalah kondisi kompleks yang menggambarkan kumpulan gangguan pada saluran pencernaan bagian atas.

Dilansir dari laman resmi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), gejala yang sering muncul meliputi sensasi nyeri, tidak nyaman, terbakar, mual, muntah, perut terasa penuh, dan kembung.

Penting untuk diingat bahwa dispepsia bukanlah penyakit tunggal, melainkan serangkaian gejala yang jika tidak ditangani dengan tepat dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius.

Penyebab Dispepsia: Gaya Hidup dan Kondisi Medis

Dispepsia dapat dipicu oleh beragam faktor, seringkali terkait erat dengan pola hidup yang tidak sehat. Beberapa kebiasaan yang dapat memicu dispepsia antara lain:

Makan dalam porsi berlebihan dan tergesa-gesa.

Konsumsi makanan berlemak, berminyak, dan pedas.

Terlalu banyak mengonsumsi minuman beralkohol, bersoda, kafein, dan cokelat.

Kebiasaan merokok.

Mengalami kecemasan berlebihan.

Penggunaan beberapa jenis obat antibiotik dan penghilang rasa nyeri.

Selain faktor gaya hidup, dispepsia juga bisa menjadi indikasi adanya penyakit atau kondisi medis tertentu, seperti:

Penyakit asam lambung (GERD).

Gangguan pankreas, termasuk pankreatitis akut dan kronis.

Gangguan saluran empedu, seperti kolesistitis.

Gangguan lambung, misalnya radang lambung (gastritis), infeksi bakteri H. pylori, tukak lambung, hingga kanker lambung.

Efek samping obat-obatan, seperti antibiotik, kortikosteroid, dan obat golongan NSAID (aspirin atau ibuprofen).

Gejala yang Perlu Diperhatikan

Gejala dispepsia dapat bervariasi pada setiap individu, namun umumnya meliputi:

Rasa perih pada ulu hati.

Mual dan muntah.

Perut terasa begah atau kembung dan sering bersendawa.

Cepat merasa kenyang saat makan.

Rasa panas seperti terbakar di area lambung atau kerongkongan.

Gangguan buang air besar (BAB).

Proses Diagnosis dan Penanganan

Diagnosis dispepsia dimulai dengan wawancara medis yang komprehensif mengenai gejala yang dialami pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk membantu menentukan kemungkinan penyebabnya.

Jika diperlukan untuk menegakkan penyebab pasti atau tingkat keparahan, dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan penunjang. Salah satu pemeriksaan yang paling umum adalah endoskopi saluran cerna atas atau esofagogastroduodenoskopi (EGD).

Hasil EGD dapat mengungkapkan kelainan seperti gastritis, dispepsia fungsional, gastritis erosif, atau duodenitis. Pemeriksaan lain yang juga dapat membantu diagnosis meliputi tes darah, pemeriksaan napas, pemeriksaan feses, ultrasonografi abdomen, serta pemeriksaan pencitraan seperti X-ray atau CT scan.

Jika dispepsia menimbulkan keluhan yang mengganggu, dokter dapat meresepkan berbagai jenis obat untuk meringankan gejala, antara lain:

Antasida: Menurunkan keasaman lambung.

Proton Pump Inhibitors (PPI): Mengurangi produksi asam lambung.

H-2 Receptor Antagonists (H2RAs): Juga berfungsi mengurangi produksi asam lambung.

Prokinetik: Membantu proses pengosongan lambung.

Mukoprotektor: Melindungi lapisan mukosa lambung.

Antibiotik: Diberikan jika dispepsia disebabkan oleh infeksi bakteri.

Antidepresan: Dapat digunakan untuk mengurangi sensasi nyeri yang terkait dispepsia.

Mencegah Dispepsia dengan Gaya Hidup Sehat

Pencegahan dispepsia sangat mungkin dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat. Beberapa langkah yang bisa diambil meliputi:

Membatasi konsumsi makanan pemicu, seperti makanan pedas, kafein, dan minuman beralkohol.

Makan dalam porsi kecil tapi sering, disarankan 5-6 kali sehari, dan mengunyah makanan secara perlahan.

Menghindari penggunaan obat anti nyeri seperti aspirin dan ibuprofen yang dapat mengiritasi lambung; pilih alternatif yang lebih aman seperti parasetamol.

Mengelola stres dan kecemasan dengan baik.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: