Rencana Netanyahu Rebut Total Gaza Dikritik Militer Israel: Sandera Terancam Tewas

Oleh: Tim Redaksi
Jumat, 08 Agustus 2025 | 02:08 WIB
Ilustrasi warga Palestina (Foto/Pixabay)
Ilustrasi warga Palestina (Foto/Pixabay)

BeritaNasional.com -  Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan telah memperingatkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahwa rencananya untuk merebut seluruh wilayah Gaza bisa berujung fatal, termasuk tewasnya semua sandera Israel yang masih ditahan.

Sumber keamanan yang tak disebutkan namanya mengatakan bahwa kalangan militer semakin khawatir dengan dorongan Netanyahu untuk meluncurkan serangan darat besar-besaran ke wilayah Gaza yang masih belum dikuasai Israel, sekitar 20% dari total wilayah.

Rencana ini kabarnya didorong oleh tekanan dari menteri-menteri sayap kanan garis keras, seperti Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, dan Menteri Permukiman Orit Strock.

Sementara itu, militer justru menyarankan pendekatan yang lebih terukur, mengepung wilayah tersisa dan melakukan serangan terbatas yang lebih tepat sasaran.

Menurut estimasi militer, jika serangan skala penuh benar-benar dilancarkan, sekitar 50 sandera yang masih berada di Gaza di mana diperkirakan hanya 20 di antaranya yang masih hidup bisa saja terbunuh. Baik akibat dibunuh oleh para penculik mereka, atau terkena serangan dari pasukan Israel sendiri.

Tak hanya itu, pihak militer juga memprediksi potensi gugurnya puluhan prajurit dan ratusan lainnya terluka. Serangan ini akan melibatkan pertempuran di wilayah padat penduduk yang kemungkinan besar dipenuhi ranjau dan jebakan mematikan.

Kepala Staf IDF, Jenderal Eyal Zamir, disebut telah menyampaikan penolakan keras terhadap rencana Netanyahu. Ia menyebutnya sebagai “jebakan strategis” yang bisa melemahkan kekuatan militer dan mengguncang stabilitas Israel dalam jangka panjang. Zamir dijadwalkan mempresentasikan penilaian militer secara resmi dalam rapat kabinet tingkat tinggi pada Kamis malam.

Netanyahu tetap bersikukuh bahwa menguasai penuh Gaza akan "menghancurkan Hamas secara total." Namun militer menilai rencana ini tidak memiliki strategi pascaperang yang jelas dan bisa memaksa Israel untuk membentuk pemerintahan militer permanen bagi 2,5 juta warga Gaza — langkah yang berisiko secara hukum internasional dan logistik.

Masih dari laporan yang sama, pemerintah Israel diperkirakan harus mengerahkan puluhan ribu pasukan cadangan dan memindahkan banyak unit aktif demi mempertahankan operasi dan mengelola wilayah Gaza jika rencana ini dijalankan.

Penolakan terhadap langkah Netanyahu pun makin meluas, baik dari kalangan militer maupun politik. Zamir, pada Rabu lalu, kembali menegaskan sikapnya bahwa operasi ini hanya akan memperburuk kondisi dan membahayakan para sandera yang masih hidup.

Sementara itu, di tengah tekanan internal, Israel juga terus dikritik keras oleh dunia internasional atas invasi brutalnya ke Gaza. Sejak Oktober 2023, lebih dari 61.100 warga Gaza dilaporkan tewas akibat agresi tersebut.

Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menerbitkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakannya di wilayah Gaza.sinpo

Editor: Imantoko Kurniadi
Komentar: