HUT Ke-80 RI, Psikolog Ajak Orang Tua Tanamkan Nasionalisme pada Anak Sejak Dini

Oleh: Bachtiarudin Alam
Sabtu, 16 Agustus 2025 | 12:00 WIB
Ilustrasi anak-anak (Beritanasional.com/Oke Atmaja)
Ilustrasi anak-anak (Beritanasional.com/Oke Atmaja)

BeritaNasional.com - Di tengah derasnya arus budaya global, anak-anak Indonesia tumbuh di dunia yang serba cepat, penuh warna, dan kaya pilihan. Dari tontonan animasi internasional hingga tren musik K-Pop, tak jarang pesona luar negeri menguasai perhatian mereka. 

Namun, di balik gemerlap itu, ada nilai yang tak boleh hilang yakni jiwa nasionalisme. Sebagai identitas bangsa dan negara Indonesia yang harus tertanam dalam diri setiap masyarakat.

Maka dari itu, Psikolog Anak, Prof. Rose Mini Agoes Salim atau yang akrab disapa Bunda Romi turut memberikan saran dan tips kepada para orang tua agar dapat menanamkan jiwa nasionalisme untuk anak sejak usia dini. 

“Pada anak usia dini, perkembangan kognitif mereka belum bisa menerima konsep yang abstrak. Jadi, nasionalisme harus diterjemahkan ke dalam bentuk yang konkret,” jelas Bunda Romi kepada beritanasional.com, dikutip Minggu (17/8/2025).

Salah satu contoh yang bisa dikenalkan, lanjut Bunda Romi, ketika anak mengagumi tokoh-tokoh pahlawan luar negeri. Para orang tua dapat kenalkan bahwa Indonesia juga punya sosok heroik salah satunya Gatotkaca. 

“Itu artinya kita menerjemahkan nasionalisme dalam bentuk nyata. Begitu juga dengan kesenian daerah, makanan tradisional, dan permainan asli Indonesia,” katanya.

Guru Besar Tetap Fakultas Psikologi UI ini pun menjelaskan bahwa semangat nasionalisme dibangun bukan hanya untuk sekedar menghafal nama pahlawan atau menyanyikan lagu kebangsaan saat upacara. 

“Karena dia cinta dan bangga atas negaranya maka dia akan merasa bahwa menjadi orang yang luar biasa dengan menjadi WNI,” ujarnya.

Salah satu caranya yang ampuh, lanjut Bunda Romi, ketika para orang tua dapat menyisipkan berbagai aktivitas saat peringatan Hari Kemerdekaan Republik İndonesia yang berlangsung setiap 17 Agustus.

Selain gemerlap bendera merah putih, para anak dapat diajak untuk mengikuti berbagai kegiatan perlombaan seperti bermain egrang, atau permainan tradisional lain.

“Anak itu bisa suka, karena dia belajar dengan pengalaman nya. Jadi kalau diperkenalkan maka akan menjadi luar biasa,” ucapnya.

Hal serupa berlaku pada makanan. Di tengah maraknya makanan cepat saji, para orang tua sangat perlu mengenalkan kepada anak berbagai macam kuliner tradisional seperti getuk, putu, atau lapis. 

“Indonesia punya banyak makanan yang luar biasa yang mungkin tidak dikenal maka anak tidak suka. Pada waktu orang tua memasaknya di rumah mungkin akan membuat anak menjadi waw sesuatu yang luar biasa dan membuat dia kagum tentang makanan Indonesia,” bebernya.

Bunda Romi menjelaskan ketika jiwa nasionalisme dalam diri anak tumbuh. Nantinya bisa dijadikan sebagai alarm nasionalisme yang secara otomatis ‘terpanggil’ saat negara diperlakukan tidak hormat. 

“Anak yang tidak memiliki jiwa nasionalisme maka dia tidak ada alarm misalnya kalo bendera kita itu kemudian diinjak orang atau diperlakukan tidak baik oleh orang lain dia tidak akan membela,” tuturnya.

Dampak positif lain yang dapat dirasakan, yakni jiwa nasionalisme bakal membuat anak menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau kelompok, di tengah keberagaman suku budaya İndonesia.

“Sebetulnya jadi dia biasanya juga bisa melihat bahwa kepentingan negara dan bangsa mungkin lebih tinggi daripada kepentingan kelompok atau individu 

Meski begitu, Bunda Romi mengingatkan bahwa menumbuhkan jiwa nasionalisme bukanlah pekerjaan instan. Semua pihak harus saling bersinergi mulai dari lingkup keluarga hingga negara untuk bersama- sama punya visi seirama.

“Jadi ini sesuatu yang tidak mudah maka harus diberikan stimulasi setiap hari agar ini bisa menetap pada diri seseorang anak,” pungkasnya.sinpo

Editor: Harits Tryan
Komentar: