Cerita di Balik Pemerintah AS Beli Saham Intel

Oleh: Tim Redaksi
Kamis, 04 September 2025 | 12:00 WIB
Intel. (Foto/hp.com)
Intel. (Foto/hp.com)

BeritaNasional.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengambil langkah mengejutkan dengan mengakuisisi 10 persen saham ekuitas di Intel.

Langkah ini merupakan bagian dari upaya besar pemerintah AS untuk mendominasi industri kecerdasan buatan (AI) dengan membawa kembali manufaktur semikonduktor ke dalam negeri.

Sejak beberapa bulan terakhir, pemerintahan Trump telah memperkenalkan berbagai kebijakan, termasuk tarif, untuk mendorong manufaktur cip kembali ke AS. 

Namun, langkah yang diambil pada akhir Agustus ini terbilang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Pemerintah AS mengubah hibah yang sudah ada menjadi kepemilikan saham di salah satu perusahaan teknologi terbesar di negara itu.

Kesepakatan ini juga mencakup klausul unik. Pemerintah AS akan mendapatkan saham tambahan jika kepemilikan Intel atas bisnis foundry (pabrik pembuat cip khusus untuk pelanggan internasional) turun di bawah 50 persen dalam lima tahun ke depan.

Kisah di Balik Pembelian Saham Intel

Langkah ini bukanlah tanpa latar belakang. Sejak diluncurkan pada Maret 2021, unit bisnis Intel Foundry yang berfokus pada produksi cip untuk pihak ketiga mengalami kesulitan. 

CEO Intel saat itu Pat Gelsinger berinvestasi besar-besaran untuk membangun pabrik di Arizona. Namun, bisnis ini kesulitan mendapatkan pelanggan.

Gelsinger kemudian mengumumkan bahwa Intel Foundry akan menjadi anak perusahaan independen. Namun, tak lama setelah itu, ia tiba-tiba pensiun pada Desember 2024.

Pada Maret 2025, mantan anggota dewan direksi Lip-Bu Tan,kembali ke Intel sebagai CEO. 

Ia langsung merancang rencana pemulihan dengan fokus pada pemotongan biaya dan pengurangan proyek, termasuk menunda pembangunan pabrik senilai USD 28 miliar di Ohio.

Beberapa minggu kemudian, situasi semakin memanas. Senator Tom Cotton dari Partai Republik mempertanyakan hubungan Tan dengan China. 

Tan pernah memimpin Cadence Design Systems, perusahaan yang dituduh melanggar aturan ekspor AS ke Tiongkok.

Pada 7 Agustus, Presiden Trump secara terbuka menuntut Tan untuk mundur. 

Namun, tak lama setelah itu, Tan justru bertemu dengan Trump di Washington, DC, untuk membahas kerja sama. Tak lama kemudian, rumor investasi pemerintah AS di Intel mulai beredar.

Pada 22 Agustus, empat hari setelah SoftBank mengumumkan investasi USD 2 miliar di Intel, pemerintah AS secara resmi mengumumkan kesepakatan mereka.

Menurut pemerintahan Trump, akuisisi saham ini akan menjadikan pemerintah sebagai investor pasif yang mendukung kepentingan Intel.

Namun, para analis mempertanyakan apakah langkah ini benar-benar akan membantu Intel keluar dari kesulitannya atau justru memberikan kontrol yang terlalu besar kepada pemerintah.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: