Temuan Mikroplastik di Air Hujan Jakarta, Pemprov DKI Gandeng BRIN Perkuat Pengawasan dan Mitigasi

Oleh: Tim Redaksi
Jumat, 24 Oktober 2025 | 16:30 WIB
Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto. (Foto/Pemprov Jakarta)
Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto. (Foto/Pemprov Jakarta)

BeritaNasional.com - Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) langsung bergerak cepat menyikapi temuan mengejutkan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengenai adanya kandungan mikroplastik dalam air hujan Ibu Kota.

Pemprov memastikan akan segera memperkuat riset, pengawasan ketat terhadap sumber polusi, dan edukasi publik demi menjaga kualitas lingkungan serta kesehatan warga.

Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto menyatakan bahwa hasil riset BRIN ini menjadi peringatan penting bahwa permasalahan polusi plastik telah memasuki fase yang jauh lebih rumit.

Ia meminta agar temuan ini tidak disikapi dengan kepanikan, melainkan dijadikan momentum untuk memperkuat kolaborasi antar lembaga.

“Begitu hasil riset BRIN kami terima, DLH langsung berkoordinasi untuk memperdalam kajian ilmiah serta memperkuat langkah pengawasan di lapangan. Ini bukan isu yang perlu ditakuti, melainkan panggilan untuk mempercepat kerja bersama dalam mengatasi polusi plastik,” tegas Asep melalui keterangan persnya di Balai Kota Jakarta pada Jumat (24/10/2025).

Asep menjelaskan DLH DKI telah aktif memantau mikroplastik sejak tahun 2022 di perairan Teluk Jakarta, sungai, dan danau, bekerja sama dengan BRIN dan lembaga riset lainnya.

Pemantauan tahunan di lebih dari 60 titik ini menghasilkan data krusial yang menjadi dasar penyusunan kebijakan pengendalian lingkungan berbasis bukti ilmiah.

Partikel Melayang Lintas Wilayah

Sementara itu, Profesor Riset BRIN Muhammad Reza Cordova menjelaskan fenomena mikroplastik yang terbawa udara dan jatuh bersama air hujan, khususnya di kawasan perkotaan padat.

Ia menyebut fenomena ini tidak hanya berasal dari sampah lokal, tetapi juga partikel plastik yang bergerak di atmosfer secara luas.

“Partikel mikroplastik sangat ringan sehingga bisa terbawa angin dan jatuh bersama hujan. Fenomena ini bersifat lintas wilayah dan memerlukan kerja sama lintas sektor. Karena itu, pendekatan pengendaliannya harus terpadu dari hulu hingga hilir,” jelas Reza.

Plt Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD DKI, Rian Sarsono, menilai riset BRIN adalah bagian dari sistem peringatan dini bagi pemerintah.

“Hasil riset ini menjadi dasar bagi Pemprov DKI dalam memperkuat kesiapsiagaan dan mitigasi terhadap potensi ancaman lingkungan akibat aktivitas manusia,” ujarnya.

BPBD, bersama DLH, juga gencar mengedukasi masyarakat mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk menekan pencemaran mikroplastik.

Sejak 2023, BPBD juga melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk mengatur curah hujan dan sekaligus menurunkan partikel berbahaya di udara.

“Melalui OMC, kami berupaya menjaga kualitas udara serta mengendalikan polutan di atmosfer, termasuk partikel mikroplastik,” kata Rian.

Ancaman Kesehatan Jangka Panjang

Dari perspektif kesehatan, Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan P2P Dinkes DKI, dr. Rahmat Aji Pramono, menerangkan bahwa paparan mikroplastik dalam jangka panjang dapat memicu masalah serius pada pernapasan dan pencernaan.

“Mikroplastik adalah benda asing bagi tubuh. Ketika terhirup atau tertelan, partikel ini dapat menimbulkan peradangan di saluran pernapasan dan pencernaan. Ukurannya yang sangat kecil bahkan bisa masuk ke pembuluh darah dan meningkatkan risiko gangguan jantung atau stroke,” jelasnya.

Rahmat menekankan pentingnya kebersihan rumah tangga, mengingat penelitian menunjukkan mikroplastik banyak ditemukan dalam debu.

“Penelitian menunjukkan mikroplastik banyak ditemukan dalam debu rumah. Karena itu, kami mengimbau masyarakat lebih rajin membersihkan lingkungan agar terhindar dari paparan mikroplastik,” tandasnya.

Respons DKI Terhadap Panas Ekstrem

Selain isu mikroplastik, DLH DKI juga merespons kekhawatiran publik terkait fenomena panas ekstrem. Berdasarkan data BMKG, kondisi ini merupakan gabungan dari dampak perubahan iklim global dan faktor lokal seperti kepadatan perkotaan dan minimnya ruang hijau.

Asep menambahkan bahwa Pemprov sedang mengakselerasi program mitigasi iklim melalui perluasan Ruang Terbuka Hijau (RTH), penanaman pohon, dan pengendalian emisi transportasi.

“Jakarta tidak boleh hanya bereaksi setelah dampak terasa. Kami ingin menjadi kota yang tangguh, yang responsif terhadap perubahan iklim sekaligus berkomitmen menjaga keberlanjutan,” tandasnya.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: