Di Hadapan Pemimpin Asia-Pasifik, Prabowo Ingatkan Bahaya 'Serakahnomics'

Oleh: Ahda Bayhaqi
Sabtu, 01 November 2025 | 12:37 WIB
Di hadapan pemimpin Asia-Pasifik, Prabowo ingatkan bahaya 'Serakahnomics'. (Foto/BPMI)
Di hadapan pemimpin Asia-Pasifik, Prabowo ingatkan bahaya 'Serakahnomics'. (Foto/BPMI)

BeritaNasional.com - Presiden Prabowo Subianto mengingatkan pemimpin ekonomi dunia tentang bahaya ekonomi serakah atau 'Serakahnomics' yang menjadi penghambat utama pertumbuhan sejati dan merusak keadilan. Prabowo menyampaikan hal tersebut dalam pidatonya pada Pertemuan Para Pemimpin Ekonomi APEC (APEC Economic Leaders’ Meeting/AELM) di Gyeongju, Korea Selatan, Jumat (31/10/2025).

Kepada para kepala negara dan pemerintahan dari 21 anggota ekonomi APEC, Prabowo mengingatkan bahwa dunia tengah menghadapi ancaman yang tidak hanya bersifat ekonomi, tetapi juga moral dan sosial. Yaitu keserakahan yang menjelma dalam bentuk korupsi, penyelundupan, penipuan dan ekonomi gelap lintas negara.

"Kami di Indonesia sedang berjuang melawan korupsi, melawan penipuan, dan melawan greed economies—ekonomi serakah, yang menahan pertumbuhan sejati," ujar Prabowo dikutip dari siaran pers pada Sabtu (1/11/2025).

Prabowo pun menyampaikan keprihatinan terhadap meningkatnya ketegangan global dan menurunnya rasa saling percaya di antara negara dunia yang membahayakan stabilitas ekonomi. Prabowo menyerukan negara di kawasan Asia-Pasifik tidak boleh menyerah atas keadaan tersebut.

"Asia-Pasifik tidak boleh menerima perpecahan sebagai takdirnya. Kita harus bangkit di atas rasa curiga dan ketakutan, dan kita harus membangun kembali kepercayaan di antara kita dan dalam perekonomian global," ujarnya.

Prabowo mengatakan, APEC didirikan atas keyakinan bersama pentingnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan kerja sama lintas batas yang adil. Prinsip tersebut tidak boleh pudar meski dunia dilanda ketidakpastian.

"APEC memiliki misi inti untuk memfasilitasi perdagangan bebas dan investasi melalui kerja sama multilateral yang berpihak pada rasa kebersamaan di seluruh kawasan. Keyakinan ini harus terus kita pertahankan. Kita tidak boleh membiarkan fragmentasi merusak stabilitas yang telah lama menopang pertumbuhan kita," tutur Prabowo. 

Mantan Komandan Jenderal Kopassus ini juga menegaskan kembali komitmen Indonesia terhadap sistem perdagangan multilateral berbasis aturan, dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sebagai intinya.

"Indonesia berkomitmen pada sistem perdagangan multilateral berbasis aturan, dengan WTO sebagai pusatnya, agar semua pihak dapat bersaing diatas gelanggang yang setara," kata Prabowo.

Ia menambahkan, pertumbuhan ekonomi yang menyingkirkan sebagian pihak hanya akan melahirkan ketimpangan dan potensi konflik.

"Pertumbuhan yang menyingkirkan adalah pertumbuhan yang memecah belah. Perpecahan menciptakan ketidakstabilan, dan ketidakstabilan tidak akan kondusif bagi perdamaian dan kemakmuran," tegasnya.

Oleh karena itu, Prabowo menekankan bahwa inklusivitas dan keberlanjutan harus menjadi pedoman bersama dalam pembangunan ekonomi global.

"Inklusivitas harus menjadi pedoman kita. Keberlanjutan juga harus selalu menjadi kompas bagi masa depan dunia yang aman," tegas Prabowo. 

Ia pun mengingatkan bahwa negara-negara APEC harus memastikan manfaat perdagangan dan investasi dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Prabowo yang juga Ketua Umum Partai Gerindra ini menambahkan, kolaborasi publik-swasta di kawasan juga harus berorientasi pada kerja sama yang berpusat pada manusia (people-centered cooperation and economy), bukan pada segelintir elite.

"Memberdayakan usaha kecil melalui akses digital dan finansial sangat penting untuk membantu mereka terintegrasi dalam rantai nilai global," lanjutnya.

Prabowo menyebutkan bahwa di Indonesia, prinsip itu telah diwujudkan melalui program nasional yang memperkuat koperasi dan pelaku usaha kecil.

"Kami memberdayakan UMKM, membangun ribuan koperasi, dan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil peran lebih besar dalam ekonomi," tandas Prabowo.sinpo

Editor: Kiswondari
Komentar: