Warisan Kepemimpinan Soeharto Disebut Masih Layak Dikaji Objektif

Oleh: Tim Redaksi
Sabtu, 08 November 2025 | 23:45 WIB
Presiden Kedua Indonesia Soeharto. (Foto/@jejaksoeharto)
Presiden Kedua Indonesia Soeharto. (Foto/@jejaksoeharto)

BeritaNasional.com - Presiden Mahasiswa UIN Raden Mas Said (RMS) Surakarta Sadam Agusti Dwi Ardiyan mendorong generasi muda untuk mengkaji secara objektif warisan kepemimpinan Presiden Kedua Indonesia Soeharto. 

Menurut dia, pembangunan nasional pada era Soeharto memiliki pengaruh besar terhadap arah pembangunan Indonesia saat ini, khususnya di sektor infrastruktur, pendidikan, dan stabilitas ekonomi.

Sadam menilai, ciri kuat pemerintahan Soeharto adalah fokus pada pembangunan fisik dan ekonomi nasional melalui pendekatan terpusat yang bertujuan menciptakan pemerataan hasil pembangunan di berbagai wilayah Indonesia.

Infrastruktur sebagai Tulang Punggung Konektivitas

Sadam menyoroti warisan pembangunan infrastruktur yang hingga kini masih berfungsi sebagai pilar utama konektivitas nasional.

“Warisan pembangunan infrastruktur yang digagas pada masa Orde Baru seperti jalan raya, bendungan, pelabuhan, dan jaringan listrik telah menjadi tulang punggung konektivitas nasional hingga kini. Banyak daerah yang pada masa itu mulai terkoneksi dan terbuka akses ekonominya,” ujar Sadam dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (5/11/2025).

Selain itu, ia menambahkan bahwa pembangunan sumber daya manusia juga menjadi perhatian besar melalui sektor pendidikan. Program seperti Instruksi Presiden Sekolah Dasar (Inpres SD) disebutnya sebagai tonggak penting dalam perluasan akses pendidikan dasar di seluruh pelosok negeri.

“Kebijakan pembangunan sekolah dasar secara masif melalui program Inpres menjadi bukti nyata komitmen pemerintah saat itu terhadap pemerataan pendidikan. Program ini meningkatkan angka partisipasi sekolah dan memperluas kesempatan belajar bagi anak-anak di daerah terpencil,” jelasnya.

Stabilitas Ekonomi dan Trilogi Pembangunan

Dari sisi ekonomi, Sadam mengakui keberhasilan pemerintah Orde Baru dalam menciptakan iklim yang relatif stabil, terutama pada periode 1970–1990-an yang mencatat pertumbuhan ekonomi konsisten.

“Melalui kebijakan pembangunan jangka panjang seperti Repelita dan konsep Trilogi Pembangunan yakni pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas nasional Indonesia mengalami kemajuan ekonomi yang signifikan. Hal ini menjadi dasar bagi banyak kebijakan pembangunan pascareformasi,” ungkap Sadam.

Pentingnya Kajian Sejarah yang Objektif

Meski mengakui capaian tersebut, Sadam juga menekankan bahwa kajian sejarah harus dilihat secara proporsional. Keberhasilan pembangunan juga diiringi dengan sejumlah tantangan, seperti ketimpangan sosial dan keterbatasan ruang demokrasi.

“Tidak bisa dipungkiri bahwa keberhasilan pembangunan pada masa itu juga menyisakan pekerjaan rumah dalam hal pemerataan dan kebebasan politik. Karena itu, pembacaan sejarah perlu dilakukan secara objektif dengan menghargai capaian sekaligus belajar dari kekurangannya,” tambahnya.

Mengakhiri pernyataannya, Sadam berharap generasi muda dapat meneladani semangat kerja keras dan perencanaan jangka panjang era Soeharto. Namun, nilai-nilai tersebut harus diadaptasi dengan tuntutan zaman, yaitu transparansi, partisipasi, dan keadilan sosial.

“Kita bisa mengambil pelajaran bahwa keberhasilan pembangunan memerlukan arah yang jelas, konsistensi kebijakan, dan komitmen terhadap kesejahteraan rakyat. Namun, di era sekarang, itu harus dibarengi dengan transparansi, partisipasi, dan keadilan sosial,” tandasnya.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: