Jelang Idul Fitri, Warga Gaza Butuh Pasokan Pangan

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Selasa, 09 April 2024 | 18:00 WIB
Anak-anak Gaza kelaparan  (Foto/Pixabay)
Anak-anak Gaza kelaparan (Foto/Pixabay)

BeritaNasional.com - Umat Islam dunia menyambut indahnya Idul Fitri. Namun menjelang perayaan Idul Fitri, justru para pengungsi di Gaza butuh pasokan pangan di tengan kelaparan. 

Para pengungsi di sebuah kompleks sekolah di Deir al-Balah menerima bantuan darurat yang didistribusikan staf UNWRA, termasuk berbagai makanan kaleng.

Para penerima paket-paket bantuan di kamp pengungsi itu mengaku bantuan tersebut “belum cukup”. Warga Gaza masih membutuhkan pasokan pangan.

Seorang warga Gaza, Fayez Abdelhadi mengatakan, “Makanannya tidak cukup. Saya tidak menerima paket makanan selama dua bulan. Baru kemarin kami menerima satu paket. Itu tidaklah cukup untuk saya, anak-anak saya dan 18 orang lainnya yang bersama saya. Bahkan jika satu orang menerima satu paket per hari pun tidak akan cukup,” katanya.

Abdelhadi menambahkan, mereka juga membutuhkan perlengkapan kebersihan.

“Kami bahkan tidak memiliki persediaan perlengkapan kebersihan, sedangkan kami tinggal di daerah di mana wabah penyakit menyebar luas. Kami belum menerima perlengkapan kebersihan. Tidak ada sabun, klorin, disinfektan, dan semacamnya,” lanjutnya.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, suasana menjelang perayaan Idul Fitri di sana masih dibayang-bayangi perang Gaza, yang kini telah memasuki bulan keenam.

Di pasar yang ramai itu, warga Palestina mengatakan kepada wartawan kantor berita Associated Press bahwa mustahil untuk merayakan Idul Fitri dengan sukacita karena Israel terus menggempur Gaza. Sementara mereka berada di pengungsian, pasokan pangan menipis, dan harga-harga naik.

“Idul Fitri dalam situasi seperti sekarang ini, yakni perang yang telah berlangsung enam bulan, bukanlah Idul Fitri. Id bagi rakyat Palestina di Gaza bukanlah Idul Fitri, Idul Adha, atau perayaan kemenangan. Idul Fitri menandai berakhirnya perang dan agresi. Idul Fitri berarti akhir dari kelaparan dan penderitaan rakyat," ujar Eyad Kahlout, seorang warga lokal.

“Sebelumnya tidak ada perang, dan orang-orang tinggal di rumah, bekerja dan mendapat penghasilan. Tetapi kini, orang-orang kehilangan tempat tinggal,” kata pengungsi Mohammad Al-Khodari.

Dikutip dari VOA, Selasa (9/4/2024), UNWRA menyambut baik dibukanya kembali jalur penyeberangan Erez, yang merupakan penyeberangan utama di Jalur Gaza utara, serta penggunaan sementara pelabuhan Ashdod di Israel selatan. 

Langkah tersebut menyusul tuntutan AS terhadap Israel agar meningkatkan pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Namun, UNWRA menegaskan bahwa Israel masih harus berbuat lebih banyak.sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: