Parah, Google Pecat 28 Pekerja yang Protes Kontrak dengan Israel

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Minggu, 21 April 2024 | 13:30 WIB
Google pecat 28 pekerjanya (Foto/Google)
Google pecat 28 pekerjanya (Foto/Google)

BeritaNasional.com - Parah, Google memecat 28 pekerjanya, menyusul protes yang mengganggu mengenai kontrak perusahaan raksasa teknologi itu dengan pemerintah Israel. Protes yang digelar pada Selasa (16/4/2024) itu diselenggarakan oleh kelompok "No Tech for Apartheid," yang telah lama menentang "Project Nimbus," yaitu kontrak gabungan Google bernilai $1,2 miliar dengan Amazon, untuk menyediakan layanan cloud untuk pemerintah Israel.

Dalam video demonstrasi, tampak polisi menangkap pekerja Google di Sunnyvale, California, di kantor CEO Google Cloud Thomas Kurian, menurut postingan kelompok advokasi di X. Kantor Kurian ditempati selama 10 jam, kata kelompok advokasi itu.

Dikutip dari VOA, Minggu (21/4/2024), para pekerja Google memegang poster bertuliskan “Google menentang Genosida,” mengacu pada tuduhan serangan Israel di Gaza. “No Tech for Apartheid,” juga mengadakan protes di New York dan Seattle, mengutip pada artikel majalah Time edisi 12 April. Artikel itu melaporkan draft kontrak Google, yang menagih Kementerian Pertahanan Israel lebih dari $1 juta untuk layanan konsultasi.

Perbedaan pendapat yang mengguncang Google berpusat pada "Project Nimbus," kontrak senilai US$1,2 miliar yang ditandatangani pada tahun 2021, yang meminta Google dan Amazon untuk menyediakan layanan komputasi awan dan kecerdasan buatan kepada pemerintah Israel.

Google mengatakan Nimbus tidak digunakan untuk mengumpulkan data intelijen.

Dalam sebuah pernyataan, Google mengaitkan pemecatan 28 staf-nya itu dengan "perilaku yang sama sekali tidak dapat diterima" yang menghalangi sejumlah pekerja untuk melakukan pekerjaan mereka dan menciptakan suasana yang mengancam.

Perusahaan yang berbasis di Mountain View, California, itu menambahkan bahwa mereka masih menyelidiki apa yang terjadi selama demonstrasi tersebut, dan menyiratkan masih akan lebih banyak pekerja yang dapat dipecat.

Dalam sebuah blog, “No Tech For Apartheid” menuduh Google berbohong tentang apa yang terjadi di dalam kantornya selama apa yang mereka gambarkan sebagai "aksi duduk damai," yang mendapat dukungan luar biasa dari pekerja lain meskipun mereka tidak ikut serta.

"Tindakan pembalasan yang mencolok ini merupakan indikasi yang jelas bahwa Google lebih menghargai kontrak bernilai US$1,2 miliar dengan Pemerintah dan Militer Israel yang melakukan genosida, dibandingkan dengan para pekerjanya," tegas “No Tech For Apartheid” dalam blog itu.
 sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: