Partisipasi Pemilu Iran Dinilai Rendah

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Selasa, 02 Juli 2024 | 08:00 WIB
Ilustrasi  pemilu (Foto/Freepik)
Ilustrasi pemilu (Foto/Freepik)

BeritaNasional.com - Masoud Pezeshkian, yang disebut mewakili kaum reformis, dan kandidat ultrakonservatif Saeed Jalili, dipastikan bakal bersaing di putaran kedua pemilihan umum kepresidenan di Iran.

Dalam pemilu pada hari Jumat lalu, Pezeshkian memimpin dengan 42,5 persen suara, diikuti oleh Jalili dengan 38,6 persen, menurut kantor berita pemerintah IRNA. Pemilu di Iran dipercepat menyusul tewasnya Presiden Ebrahim Raisi dalam kecelakan helikopter bulan lalu.

Pemilu kepresidenan tahun ini mencatat rekor rendahnya tingkat partisipasi pemilih, diperkirakan sebesar 40 persen atau yang terendah sejak Revolusi Islam 1979. Padahal pada tahun 2021, sebanyak 48,8 persen pemilih menggunakan hak suara atau sekitar 24,9 juta orang.

Menurut Ali Vaez, peneliti Iran di wadah pemikir International Crisis Group, rendahnya partisipasi warga "jelas menunjukkan bahwa basis pendukung kaum konservatif dan reforims telah menyusut drastis," tuturnya dia kepada kantor berita AFP.

Sikap Dewan Wali yang akhirnya meloloskan pencalonan Pezeshkian sempat dipahami sebagai upaya rezim Republik Islam untuk merangsang gairah mencoblos kelompok moderat. Di Iran, setiap pencalonan harus melalui seleksi dewan beranggotakan 12 ahli hukum dan politisi yang berada di bawah wewenang pemimpin spiritual Ayatollah Ali Khamanei.

Dikutip dari DW, Pezeshkian sejak awal sudah mendapat dukungan terbuka tokoh reformis Iran seperti bekas presiden Mohammad Khatami dan Hassan Rouhani. Dia kini menjadi satu-satunya harapan akan datangnya perubahan.

"Kelompok reformis mengeluarkan jurus pamungkas dan berusaha sebisanya memobilisasi pemilih moderat untuk mencoblos," kata Vaez di platform media sosial X, dulu Twitter. Namun upaya mereka tidak cukup.

Dia menunjukkan bahwa gabungan suara untuk kedua kandidat ultrakonservatif, Saeed Jalili dan ketua parlemen Mohammad Bagher Ghalibaf yang berada di urutan ketiga, berjumlah total 12,8 juta. Angka itu jauh di bawah perolehan suara mendiang Raisi yang hampir mencapai 18 juta suara pada pemilu 2021.

Dikutip dari VOA, bagi Vaez, anjloknya jumlah pemilih merupakan "catatan yang sangat memalukan bagi para pemimpin” Republik Islam, terutama Ayatollah Khamenei.
 sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: