Pesan Penyintas Bom Atom: Jangan Sampai Ada Penggunaan Senjata Nuklir Lagi
BeritaNasional.com - Pada saat Perang Dunia II, Amerika Serikat (AS) menjatuhkan bom atom di Kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang di bulan Agustus 1945.
Amerika Serikat menjatuhkan bom dengan persetujuan dari Britania Raya sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Quebec. Dua operasi pengeboman ini menewaskan sedikitnya 129.000 jiwa. Hal ini merupakan penggunaan senjata nuklir masa perang untuk pertama kali dan satu-satunya dalam sejarah dan menjadi tragedi luar biasa.
Rupanya banyak penyintas bom atom yang disebut hibakusha mengalami banyak penderitaan. Mereka mengalami masalah kesehatan dan trauma kehilangan keluarga, sahabat, kerabat yang dicintai akibat serangan bom atom.
Salah seorang penyintas, Chieko Kiriake mengaku, dunianya berubah drastis pada usia yang masih teramat belia akibat serangan bom atom.
Pada tanggal 6 Agustus, Chieko remaja bergegas mencari tempat berteduh karena teriknya matahari. Namun tiba-tiba cahaya menyilaukan menyambar.
“Seperti matahari roboh, lalu saya pusing sekali," ujarnya.
Ternyata AS baru saja menjatuhkan bom atom di kota kelahiran Chieko di Hiroshima. Sebuah pengalaman mengerikan sekaligus luar biasa.
Setelah bom jatuh, Chieko berjalan terhuyung-huyung ke gedung sekolahnya untuk mencari perlindungan. Dia sempat memapah salah satu temannya.
Banyak pelajar yang jadi korban mengalami luka bakar yang parah. Chieko mengoleskan minyak bekas kepada para korban.
“Itu satu-satunya perawatan yang bisa kami berikan. Namun akhirnya mereka meninggal satu demi satu,” ujar Chieko.
Chieko kini seorang nenek berusia 94 tahun. Chieko sudah beberapa kali dekat dengan kematian sepanjang hidupnya. Namun ia yakin ada kekuatan di luar sana telah melindunginya.
Sementara penyintas bom lain, Michiko Kodama mengatakan, jangan sampai terulang lagi penggunaan senjata nuklir.
“Tubuh saya gemetar dan air mata saya mengalir saat mendengar invasi Rusia ke Ukraina dan agresi Israel ke Gaza. Kita tidak boleh membiarkan neraka pemboman atom terulang kembali. Saya merasakan ada suatu krisis,” ujar Michiko.
Michiko menjadi pegiat yang aktif menyuarakan pelucutan senjata nuklir.
“Saya rasa penting untuk mendengar kisah hibakusha yang mengalami pemboman langsung dari mereka supaya jangan ada lagi penggunaan senjata nuklir,” katanya.
“Cahaya sangat terang lewat jendela kelas saya. Warnanya kuning, oranye, perak.”
Dikutip dari BBC, ia teringat bagaimana jendela-jendela pecah dan berserakan di seluruh kelas. Kaca-kaca bertebaran ke mana-mana.
“Langit-langit juga roboh. Saya bersembunyi di bawah meja supaya tidak terkena pecahan kaca-kaca,” tambahnya.
5 bulan yang lalu
DUNIA | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 1 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
POLITIK | 1 hari yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
POLITIK | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu