Pamit ke Komisi X DPR, Mendikbud Nadiem Lontarkan Puisi

Oleh: Ahda Bayhaqi
Rabu, 11 September 2024 | 17:50 WIB
Mendikbud Ristek Nadiem Makarim. (BeritaNasional/Elvis).
Mendikbud Ristek Nadiem Makarim. (BeritaNasional/Elvis).

BeritaNasional.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim menyampaikan salam perpisahan sebagai menteri kepada anggota Komisi X DPR dalam rapat kerja, Rabu (11/9/2024). Nadiem menyampaikan perpisahan dengan sebuah puisi.

Dalam puisi tersebut, Nadiem menyampaikan harapan supaya program Merdeka Belajar dilanjutkan oleh Mendikbud Ristek di era Presiden Prabowo Subianto mendatang.

"Bapak dan ibu proses transformasi membutuhkan sabar. Hampir 5 tahun kami sibuk menanam akar baru sekarang bunga perubahan terlihat mekar di tangan anda semua saya titipkan merdeka belajar," kata Nadiem di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (11/9/2034).

Dalam lima tahun memimpin Kemendikbud Ristek, Nadiem menggagas program Merdeka Belajar. Program tersebut mengatur kurikulum pelajar SD sampai setara SMA yang menekankan kepada soft skill para siswa.

Ini isi lengkap puisi Nadiem yang dibacakan di Komisi X DPR:

Zaman dulu murid merasa berat bangun di pagi hari, memakai seragam sekolah terasa tegang di hati. 

Karena anak itu tahu sesaat lagi dia akan masuk ruang kelas yang menakuti. 

Zaman dulu setiap kesalahan dikenai hukuman setiap pertanyaan dipermalukan. 

Relevansi dari ajaran semakin membingungkan, dari hari ke hari ia semakin ketinggalan.

Bukannya anak loh yang ketakutan, ibu guru pun tak bisa nafas mengejar pembelajaran, materi ajar serasa kereta tanpa batas kecepatan beban birokrasi membuat guru seperti tahanan.

Tetapi, di dalam hati setiap anak ada mimpi yang tersembunyi keinginan untuk belajar tanpa dihakimi. 

Kepercayaan yang kuat bahwa dia punya kompetensi. Keinginan untuk dilihat sebagai manusia mandiri.

Dan setiap guru punya firasat di dalam hati bahwa mereka mungkin metode kuno sudah tidak relevan lagi. 

Bahwa pembelajar sepanjang hayat tidak mungkin bisa diproduksi dengan kekakuan dengan penghafalan dan standarisasi.

Baik anak maupun guru harus diberikan ruang untuk berkreasi berinovasi bahkan untuk berjuang. 

Ruang kelas menjadi panggung dan juga peluang untuk menemukan jati diri setiap orang.

Pada hari ini kita semua bergabung untuk melihat apa yang terjadi kalau murid dan guru diberikan panggung untuk membuktikan bahwa kreativitas dan kolaborasi sama pentingnya dengan berhitung karena ini lah resep yang membuat mimpi setiap anak melambung.

Bapak dan ibu proses transformasi membutuhkan sabar. Hampir 5 tahun kami sibuk menanam akar baru sekarang bunga perubahan terlihat mekar di tangan anda semua saya titipkan merdeka belajar.

 sinpo

Editor: Harits Tryan Akhmad
Komentar: