Simak Perjalanan Politik Ahok, Dicintai Masyarakat hingga Terbuang ke Penjara
BeritaNasional.com - Basuki Tjahaja Purnama kembali menjadi sorotan media setelah ia hadir di gedung KPK untuk memenuhi pemeriksaan atas dugaan kasus korupsi pengadaan liquefied natural gas (LNG).
Nama Basuki atau Ahok telah dikenal publik sejak lama. Berbagai prestasi dan kontroversinya turut mendongkrak namanya seperti dua sisi mata uang. Ahok termasuk politisi senior. Putra Bangka Belitung itu dikenal berani dan lantang memertahankan nilai-nilai yang dipegangnya.
Ahok merupakan politisi yang berlatar belakang dari kalangan pengusaha. Dia merupakan pendiri perusahaan PT Nurinda Ekapersada (1992) yang menjadi cikal bakal dari pabrik Gravel Pack Sand (1995).
Menginjak tahun 1995 Ahok mengalami diskriminasi akibat kesewenang-wenangan pejabat. Rasa sakit hati itu kemudian sedikit demi sedikit menggerakkan niat Ahok untuk membenahi dunia politik di Indonesia.
"Bapak cari se-Indonesia, cari pengusaha se-gendheng saya, susah Pak. Bisa hitungan jari. Saya jadi pejabat juga karena berantem sama pejabat lain. Pabrik saya yang untung US$ 150 ribu harus ditutup karena gengsi saya sama pejabat yang bilang, 'Pabrik Anda ditentukan nasibnya oleh saya, Anda terlalu sombong'," kata Ahok saat menemui beberapa perwakilan buruh KSBSI di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (4/3/2013) lalu.
"Itu kata pejabat yang ngomong sama saya, saya putuskan mau saya 'tonjok pejabat itu dengan konsekuensi pabrik saya dicopot'. Pabrik saya tutup sampai hari ini, dari 2001," lanjut dia.
Akhirnya pada 2003 ia sudah membulatkan tekat untuk terjun ke dunia politik. Ia mencoba berlaga dalam kontestasi politik daerah untuk menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009 lewat Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB).
Selama mengemban tugasnya itu, Ahok sangat anti dengan praktik KKN. Hal itu dia tunjukan ketika dia tolak pemberian Surat Perintah Perjalanan Daerah (SPPD) fiktif seperti kebanyakan oknum anggota dewan lainnya.
Alih-alih ikut studi banding, Ahok memilih bertemu langsung dengan masyarakat. Hasilnya, baru 7 bulan menjabat dia langsung didorong untuk jadi Bupati Belitung Timur oleh masyarakat.
Kemudian di tahun 2005 dia maju dan bertanding dalam kontestasi kepala daerah dengan dukungan dari masyarakat luas. Sistem pemilihan langsung saat itu pun mementahkan anggapan Kabupaten Belitung Timur merupakan basis Masyumi yang dikuasai oleh partai besutan Yusril Ihza Mahendra, Partai Bulan Bintang.
Selama dua tahun memerintah, Ahok lalu didorong lagi untuk menjadi Gubernur Bangka Belitung. Meski mayoritas warga Belitung Timur memilih dia, lelaki kelahiran 1963 itu belum berhasil menjadi juara Pilkada Babel 2007.
Tak berhenti di situ, niat dirinya untuk membenahi politik di Indonesia diteruskan dengan mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014. Kali ini dia 'bermigrasi' ke Partai Golongan Karya dan akhirnya terpilih.
Mantan Bupati itu kemudian duduk di Komisi II DPR RI dan dikenal sebagai figur yang vokal karena ceplas-ceplosnya tersebut. Selama menjadi anggota DPR dia selalu melaporkan keuangannya lewat situs pribadi miliknya yaitu www.ahok.org.
"Untuk hajar pejabat-pejabat yang kurang ajar yang tekan pengusaha. Dan sampai hari ini, pabrik saya tutup. Bapak boleh cek di Belitung Timur, boleh cek di website saya. Di website saya ada pabrik saya, sampai hari ini lengkap saya gaji orang untuk tungguin. Ini bicara tentang harga diri," kata Ahok.
Semua biaya perjalanan dinas dan dana aspirasi dia laporkan demi memelopori transparansi anggota dewan. Atas kiprah tersebut, berbagai penghargaan anti korupsi dia raih.
Tahun 2012 menjadi salah satu panggung terbaik bagi Ahok. Pilgub DKI Jakarta memungkinkan calon dari independen untuk ikut bertanding.
Awalnya pria Tionghoa ini mencoba lewat jalur independen karena partai Golkar tempat dia 'berdomisili' belum memperkenankannya. Tetapi niat itu dia urungkan dahulu setelah mendapat tawaran dari Partai Gerindra untuk dipasangkan dengan Wali Kota Surakarta saat itu, Joko Widodo yang dicalonkan PDI Perjuangan.
Duet dwitunggal mantan kepala daerah ini pun menjadi fenomenal karena berhasil membuat kalah calon petahana sebanyak dua putaran. Sejak itu Ahok pun kembali melakukan migrasi dari Golkar ke Gerindra.
"Saya kira hubungan dengan Pak Jokowi tidak pernah ada masalah, karena sejak awal saya katakan: saya tidak berpikir satu paket dengan beliau, saya hanya berpikir saya adalah stafnya beliau. Tugas saya adalah membuat Pak Jokowi menjadi gubernur yang sukses di Jakarta dan dikenang," ungkap Ahok kepada BBC, Rabu (4/9/2013).
Dua tahun berselang, rupanya Ahok kembali tidak sehaluan dengan partai yang menjadi rumahnya saat itu. Kali ini dirinya tak sependapat dengan Gerindra soal sistem pemilihan kepala daerah. Ia pun berlabuh di PDI Perjuangan.
*Tersandung Kasus Hukum
Ahok mulai menjalani hukuman penjara pada 9 Mei 2017 setelah putusan dibacakan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Ahok divonis 2 tahun penjara karena terbukti bersalah melakukan penodaan agama atas pernyataan soal Surat Al-Maidah 51 saat berkunjung ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
Ahok akan keluar dari Rutan Mako Brimob setelah menjalani masa pidana penjara selama 1 tahun 8 bulan 15 hari.
"Jatuh tempo berakhirnya masa pidana yang bersangkutan adalah tanggal 24 Januari 2019 atau Kamis yang akan datang. Insyaallah akan dibebaskan di lokasi Mako Brimob Kelapa Dua," ujar Kalapas Cipinang Andika Dwi Prasetya, Selasa (22/1/2019).
*Didapuk Sebagai Komisaris Utama Pertamina.
Tidak lama setelah Ahok menjalani sanksi hukumnya ia didapuk untuk mengelola perusahaan minyak negara.
Ahok menjabat sebagai Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) sejak 22 November 2019 berdasarkan Keputusan Menteri BUMN selaku Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Pertamina (Persero) No.SK-282/MBU/11/2019 tanggal 22 November 2019.
Namun akhirnya ia resmi mengundurkan diri dari jabatan Komisaris Utama PT Pertamina (Persero).
Dikutip dari akun Instagramnya, Ahok mengaku surat pengunduran diri sebagai Komut Pertamina diajukan pada hari ini Jumat (2/2/2024).
Alasan Ahok mundur sebagai Komut Pertamina karena ingin menunjukkan arah politiknya pada Pilpres 2024 yaitu mendukung paslon Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Dengan adanya keputusan ini Ahok jelas berpisah jalan dengan sahabat lamanya, Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang berada di kubu paslon 02 Prabowo-Gibran.
*Perjalanan Karir Politik
Ahok merupakan politisi senior. Ia sudah terjun ke dunia politik praktis sejak tahun 2003 ketika masih tinggal di Provinsi Bangka Belitung.
Keputusan Ahok masuk dunia politik dilatabelakangi peristiwa yang membuatnya sakit hati. Di tahun 1995, pabrik Ahok di Belitung Timur ditutup karena keberanian dirinya melawan pejabat pemerintah setempat yang terkenal feodal dan korup.
Pada Pemilu 2004, Ahok mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Belitung Timur. Walau dengan modal seadanya, Ahok berhasil terpilih menjadi anggota DPRD Belitung Timur periode 2004-2009.
Baru tujuh bulan menjadi wakil rakyat, Ahok maju sebagai calon Bupati Belitung Timur di tahun 2005. Tanpa diduga ia berhasil menang dengan meraup suara 37,13%.
Ini adalah bentuk kehebatan seorang Ahok, seorang minoritas yang mampu menangi di wilayah basis Masyumi yang juga kampung halaman Yusril Ihza Mahendra.
Sebagai bupati, Ahok dikenal sebagai pejabat anti sogok. Ia memotong semua biaya pembangunan yang melibatkan kontraktor sampai 20 persen.
Hal ini membuat Belitung Timur kelebihan anggaran untuk kesejahteraan rakyat. Ahok membuat program sekolah dan kesehatan gratis.
Berkat caranya memimpin, Ahok diganjar penghargaan oleh Majalah Tempo sebagai salah satu dari 10 tokoh yang mengubah Indonesia di tahun 2006.
Tahun 2007, ia mendapat dinobatkan sebagai Tokoh Anti Korupsi oleh Gerakan Tiga Pilar Kemitraan yang terdiri dari KADIN, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Masyarakat Transparansi Indonesia
*Jadi Gubernur DKI
Sepak terjang Ahok di Belitung Timur yang langka ini terdengar ke seantero Bangka Belitung. Muncullah dukungan dari masyarakat agar Ahok maju sebagai calon gubernur. Di tahun 2007, Ahok maju sebagai Cagub Babel namun ia kalah.
Di tahun 2009, Ahok maju sebagai caleg DPR RI dari Partai Golkar. Menempati nomor urut empat, Ahok mampu meraih suara terbanyak. Ia pun melenggang ke Senayan duduk di Komisi II.
Pada tahun 2012, Ahok dipilih menjadi calon wakil gubernur DKI Jakarta mendampingi Jokowi. Mereka maju di Pilgub DKI diusung Gerindra dan PDIP.
Pada Pilgub DKI 2012 itu, Jokowi-Ahok mampu mengalahkan petahana Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Duet Jokowi-Ahok sangat fenomenal saat itu.
Lalu ketika Jokowi terpilih menjadi Presiden RI pada tahun 2014, Ahok naik menjadi Gubernur DKI. Ia kemudian kembali mengikuti Pilgub DKI 2017 berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat
Pasangan Ahok-Djarot harus menyerah di putaran kedua oleh pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
7 bulan yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 18 jam yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 2 hari yang lalu
DUNIA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
TEKNOLOGI | 13 jam yang lalu