Keunikan Perayaan Cap Go Meh di Indonesia, Ada Tradisi Potong Kambing Hitam

Oleh: Sri Utami Setia Ningrum
Kamis, 13 Februari 2025 | 19:23 WIB
Perayaan Cap Go Meh di Singkawang Kalimantan Barat (BeritaNasional/Kemenpar)
Perayaan Cap Go Meh di Singkawang Kalimantan Barat (BeritaNasional/Kemenpar)

BeritaNasional.com -  Setiap tahunnya masyarakat Tionghoa merayakan Cap Go Meh, perayaan menjadi rangkaian penutup dari acara tahun baru China. Perayaan ini dilakukan sebagai bentuk ungkapan syukur agar rencana dan segala urusan bisa berjalan lancar di tahun berjalan.

1.Sejarah awal mula Cap Go Meh

Sejarah Cap Go Meh diketahui berawal dari sebuah ritual penghormatan kepada Dewa Thai Yi pada masa pemerintahan Dinasti Han pada abad ke-17. Momen sakral ini dilaksanakan secara tertutup di kalangan istana dan para raja. Hingga akhirnya ketika masa pemerintahan Dinasti Han berakhir, perayaan Cap Go Meh mulai dikenal masyarakat umum dan dirayakan secara lebih luas oleh berbagai kalangan. 

2.Festival Lampion

Selain sama-sama identik dengan warna merah yang selalu tampak mentereng sejak momen Imlek tiba, rangkaian perayaan Cap Go Meh juga tak pernah absen menghadirkan festival lampion. Lampion ini kerap kali hadir dalam perayaan masyarakat Tiongkok karena memiliki arti sebagai simbol keberuntungan, serta didominasi warna merah yang bermakna lambang kemakmuran, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Masyarakat Tionghoa meyakini bahwa pegelaran festival lampion yang meriah akan memberi jalan dan menerangi rezeki bagi kehidupan mereka.

3.Kuliner Khas Yang Wajib Dihidangkan

Selain identik dengan pernak-pernik merah dan lampion, Cap Go Meh juga biasanya dilengkapi makanan yang wajib dihidangkan di meja makan. Salah satunya adalah mie panjang umur yang menjadi doa dan harapan untuk diberi kesehatan serta umur yang panjang. Uniknya lagi, panjang mie ini bisa mencapai 2 meter.

Selain mi panjang umur, ada juga lontong Cap Go Meh yang merupakan makanan peranakan-Jawa. Hidangan ini juga diketahui sebagai pengganti yuanxiao yang terbuat dari tepung beras. Karena pada zaman dahulu yuanxiao sulit ditemukan dan akhirnya para perantau dari China yang banyak menikah dengan orang Indonesia, menjadikan hidangan lontong ini dengan anggapan memiliki makna yang mirip. Seporsi lontong Cap Go Meh umumnya terdiri dari isian lontong, ayam opor, sambal kentang, dan telur rebus.

4.Tradisi Tarian Barongsai

Bukan cuma festival lampion dan kuliner khasnya,momen Cap Go Meh juga kurang lengkap rasanya tanpa kehadiran barongsai. Tradisi yang sudah sangat melekat dalam acara kaum Tionghoa ini biasanya dilakukan di sepanjang jalan besar dengan harapan bisa mengusir hal negatif serta membawa kesuksesan atau keberuntungan. Arak-arakan barongsai juga digelar dengan iringan musik khas Imlek yang ikonik banget.

5.Perayaan Unik Cap Go Meh di Indonesia

Beda di negara asalnya China. Di Indonesia rerata keturunan Tionghoa di tanah air memiliki tradisi yang lahir dari akulturasi budaya nusantara. Misalnya seperti perayaan Cap Go Meh di Palembang, Sumatera Selatan, yang fokus di Klenteng Hok Tjing Rio, Pulau Kemaro. Lalu kirab budaya di Salatiga Jawa Tengah, yang meriah dengan arak-arakan berisi patung dewa, lengkap dengan pertunjukan budaya lokal.

Perayaan Cap Go Meh di Palembang Sumatera Selatan, potong kambing hitam.

Cap Go Meh Palembang berlangsung sejak 6 Februari dan acara puncak digelar pada 11 Februari 2025. Cap Go Meh merupakan acara rutin yang terselenggara setiap 15 hari setelah Imlek.

1. Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkian yang bermakna puncak atau akhir dari perayaan Imlek

Pulau Kemaro yang menjadi lokasi khas perayaan Cap Go Meh Palembang kerap menyajikan berbagai pertunjukan Barongsai dan menerbangkan lampion. Namun tradisi istimewa Cap Go Meh Palembang adalah momen penyembelihan kambing hitam jantan saat malam puncak perayaan.Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkian yang bermakna puncak atau akhir dari perayaan Imlek. Cap Go Meh di Palembang lebih terkenal dengan sebutan Festival Lentera Pulau Kemaro.

2. Penyembelihan kambing jantan hitam tepat tengah malam di depan altar leluhur Siti Fatimah Pulau Kemaro di tengah Sungai Musi Palembang. Proses penyembelihan kambing jantan hitam dilakukan tepat tengah malam dan di depan altar leluhur Siti Fatimah. Tradisi ini sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan kepada leluhur. Pemilihan kambing jantan berwarna hitam adalah tradisi leluhur dan sudah dijalankan secara turun temurun. Alasan kambing jantan hitam yang dipilih, karena Siti Fatimah adalah seorang muslim dan kambing halal bagi umat muslim. Berdasarkan cerita rakyat, kisah cinta Siti Fatimah dan Tan Bun An menjadi bukti kehadiran Pulau Kemaro di Sungai Musi Palembang. Siti Fatimah adalah seorang Putri Palembang dan Tan Bun An, merupakan seorang saudagar asal Cina.

3. Lokasi tenggelam Siti Fatimah dan Tan Bun An jadi pulau kecil yang dikenal Pulau Kemaro. Kisah singkat mereka bermula dari Tan Bun An dan Siti Fatimah yang memutuskan menikah setelah memperoleh restu dari orang tua Tan Bun An di Tiongkok.Mereka kembali ke Palembang membawa hadiah berupa tujuh guci besar. Namun, saat Tan Bun An membuka guci-guci tersebut di Sungai Musi, dia mendapati isinya hanya sawi asin. Karena malu dan tidak tahu, dia lalu membuang guci itu.Tetapi saat di guci terakhir Tan Bun An baru mengetahui isinya adalah emas. Tan Bun An meminta pengawalnya terjun ke Sungai Musi, lalu dia pun menyusul. Namun mereka berdua tak muncul lagi ke permukaan.Karena Tan Bun An dan pengawalnya hilang, akhirnya Siti Fatimah juga ikut terjun ke Sungai Musi. Tapi ketiganya tak pernah kembali ke daratan dan akhirnya tempat mereka tenggelam itu jadi pulau kecil yang dikenal Pulau Kemaro.sinpo

Editor: Sri Utami Setia Ningrum
Komentar: