Mengajarkan Anak Terbiasa Ucapkan Maaf Saja Tidak Cukup, Ini Alasannya

BeritaNasional.com - Ucapan ajaib yang penting ditanamkan kepada anak sejak kecil yakni terima kasih, tolong, permisi dan maaf. Kata-kata ini harus menjadi bagian dari anak dalam mengarungi kehidupannya hingga ia menua.
Namun dari keempat kata ini, kata meminta maaf mungkin menjadi yang paling sulit. Tidak hanya bagi anak, meminta maaf pun juga sulit bagi orang dewasa, sebab hal berarti mengakui kita melakukan kesalahan yang erat kaitannya dengan kondisi emosional.
Nyatanya, mengajari anak meminta maaf saja belum cukup. Para pakar parenting menyebutkan yang tidak kalah penting adalah membuat anak mengerti untuk bertanggung jawab atas kesalahannya, memperbaiki kesalahan itu, dan juga mengerti perasaan orang lain yang mendapat akibat dari kesalahan kita.
Tanpa pemahaman tentang hal-hal tersebut maka anak bisa jadi sekadar mengucapkan maaf di bibir. Akibatnya ia bisa saja tidak mengerti tentang kesalahannya dan, sebabnya pula, dapat mengulangi di masa mendatang.
Berikut cara mengajarkan anak kapan harus meminta maaf dan bagaimana menebus kesalahan:
1. Usia 3 Tahun ke Bawah
Agar anak bisa meminta maaf dengan tulus, anak harus menyadari bahwa dirinya telah melakukan sesuatu yang salah. Menurut Sherry Siman Maliken, seorang pendidik dari Maryland, AS, di usia ini, anak masih ada dalam tahap "aku" yang berarti berfokus pada dirinya sendiri sehingga tidak mempertimbangkan apa yang benar atau salah.
Oleh sebab itu, orangtua dan guru perlu menunjukkan kapan permintaan maaf perlu dilakukan. Misalnya, pada anak-anak usia 1-2 tahun, orangtua bisa berfokus pada menegakkan aturan yang telah ditetapkan. Dengan mempelajarinya, anak akan lebih mudah untuk memahami konsep benar dan salah.
2. Usia 3-5 Tahun
Anak berusia 3-5 tahun perku memahami mengapa penting untuk menunjukkan bahwa mereka menyesali perbuatannya dan meminta maaf. Konsultan pengasuhan Sal Severe, Ph.D., mengatakan orangtua bisa memberi penjelasan sederhana pada anak, seperti "Kita minta maaf ketika kita melakukan sesuatu yang menyakiti atau mengganggu seseorang."
Salain itu, orangtua juga perlu mengajarkan anak berempati dengan cara mengandaikan jika kondisi tersebut dialami sendiri oleh anak. Misalnya, "Rafi menangis karena gambarnya rusak. Coba bayangkan, bagaimana perasaan kamu kalau gambar kamu yang dirusak?" Lalu, orangtua juga perlu memberi cara konkret untuk memperbaiki kesalahannya.
3. Usia 5 Tahun ke Atas
Di usia ini, anak sudah tahu konsep benar dan salah, dan mulai bisa memahami perasaan orang lain. Dr. Severe mengatakan saat sadar telah melakukan kesalahan, anak mungkin khawatir tentang apa yang dipikirkan orang lain tentang mereka. Selain itu, anak juga mencari cara untuk menebus kesalahannya.
Misalnya, seorang anak memecahkan kaca jendela rumah tetangga saat bermain bola misalnya, ia bisa mengganti kerusakan itu dengan uang tabungannya dan berjanji untuk bermain di tempat lain.
Apabila ada anak yang belum bisa mencari cara untuk menebus kesalahannya, orangtua bisa membantu mengarahkan anak dalam menemukan cara terbaik untuk menebus kesalahannya.
8 bulan yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
EKBIS | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
EKBIS | 1 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu