Senin, 03 Maret 2025
JADWAL SALAT & IMSAKIAH
Imsak
00:00
Subuh
00:00
Zuhur
00:00
Ashar
00:00
Magrib
00:00
Isya
00:00

Alat Pembuat Api Kuno Berusia 7.000 Tahun Ditemukan di China

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Senin, 03 Maret 2025 | 05:30 WIB
Ilustrasi api (Foto/Pixabay)
Ilustrasi api (Foto/Pixabay)

BeritaNasional.com - Para arkeolog telah menemukan seperangkat alat pembuat api yang berasal dari sekitar 7.000 tahun yang lalu di sebuah situs arkeologi di Provinsi Jiangsu, China Timur, menandainya sebagai bukti fisik tertua yang diketahui untuk teknologi pembuatan api yang ditemukan di China hingga saat ini.

Gan Huiyuan, seorang peneliti di institut peninggalan budaya dan arkeologi provinsi tersebut, yang memimpin penggalian di situs Caoyangang, mengatakan,  peralatan yang baru ditemukan tersebut terdiri dari tongkat bor dan papan api.

Tongkat bor tersebut memiliki panjang lebih dari 60 sentimeter, sedangkan papan apinya memiliki panjang lebih dari 30 sentimeter. Artefak berwarna cokelat itu memiliki lebih dari 10 lekukan bundar berwarna hitam pekat pada permukaannya, yang dengan jelas menunjukkan tanda-tanda pembakaran.

"Alat pembuat api ini bukan hanya yang terpanjang yang pernah ditemukan di situs tersebut, tetapi, juga peralatan pembuat api dalam kondisi paling baik yang pernah ditemukan hingga saat ini," kata Gan, seraya menambahkan bahwa sejak penggalian dimulai, sejumlah peralatan pembuat api telah ditemukan di situs tersebut.

Selain itu, sebuah lekukan sirkular, yang kemungkinan digunakan untuk mengikat tali, ditemukan di salah satu ujung papan api, yang mengindikasikan bahwa benda tersebut dirancang agar mudah dibawa atau digantung.

Situs Caoyangang, yang membentang seluas 80.000 meter persegi, telah menjadi tempat ditemukannya banyak artefak selain alat pembuat api. Lebih dari 3.000 benda, termasuk tembikar, peralatan dari tulang, benda-benda dari kayu, fosil hewan rusa, babi, sapi, anjing, dan berbagai jenis burung, serta sisa-sisa tanaman air, telah ditemukan di situs tersebut.

Sumber: Antarasinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: