China Longgarkan Aturan, Dorong Anak Muda Menikah

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Jumat, 11 April 2025 | 02:30 WIB
Ilustrasi menikah  (Foto/Town country magazine)
Ilustrasi menikah (Foto/Town country magazine)

BeritaNasional.com - China telah merevisi aturan pendaftaran pernikahan, mengurangi persyaratan dokumen, dan memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada para pasangan untuk memilih tempat pencatatan pernikahan mereka, sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk mendorong anak muda menikah.

Regulasi baru tersebut, yang merupakan revisi pertama sejak ordonansi pendaftaran pernikahan diberlakukan pada 2003, akan mulai diterapkan pada 10 Mei 2025.

Di bawah aturan baru tersebut, para pasangan di China Daratan hanya akan memerlukan kartu identitas mereka dan surat pernyataan bertanda tangan yang menegaskan mereka tidak berstatus telah menikah dan tidak memiliki hubungan darah dalam tiga generasi untuk mendaftarkan pernikahan mereka. 


Regulasi baru itu juga mencabut pembatasan terkait lokasi para pasangan dapat mendaftarkan pernikahan mereka, yang sebelumnya dibatasi pada domisili tetap mereka.

Perubahan itu diharapkan dapat menghemat waktu dan memangkas biaya, terutama bagi semakin banyak warga China yang bermukim dan bekerja jauh dari kampung halaman terdaftar mereka.

Salah satu pasangan tersebut, Zhang dari Mongolia Dalam dan Wang asal Shandong, sudah bertahun-tahun bekerja di Jiangsu. Ketika mereka memutuskan untuk menikah beberapa tahun yang lalu, mereka harus pulang ke kampung halaman Wang untuk melengkapi dokumen, perjalanan yang menelan biaya hampir 2.000 yuan (1 yuan = Rp2.305) atau sekitar 277,5 dolar AS (1 dolar AS = Rp16.943) dan mengharuskan mereka mengambil cuti selama tiga hari.

Pengalaman yang mereka alami merupakan hal yang lumrah di bawah sistem sebelumnya. Menurut sensus nasional, hingga 2020, sebanyak 493 juta orang di China tinggal jauh dari kampung halaman terdaftar mereka. Lebih dari 70 persen dari populasi nonresiden tersebut berusia antara 15 hingga 35 tahun.

Perubahan regulasi itu muncul di tengah penurunan angka pernikahan di China. Menurut data dari Kementerian Urusan Sipil China, sebanyak 6,1 juta pasangan telah mendaftarkan pernikahan mereka pada 2024, turun dari 7,68 juta yang dicatat pada tahun sebelumnya.

Para pakar mengaitkan penurunan itu dengan menyusutnya jumlah orang yang telah memasuki usia nikah, perubahan pandangan soal hubungan, dan meningkatnya biaya yang diasosiasikan dengan membina rumah tangga.

Banyak warga dewasa muda kini memilih menunda pernikahan hingga mereka merasa siap secara finansial dan emosional, tren yang mencerminkan masyarakat yang didorong oleh pasar seperti Eropa, Amerika Utara, dan Jepang, di mana pandangan tradisional terkait pernikahan telah menjadi lebih fleksibel.

Menanggapi perubahan ini, pemerintah daerah di seluruh China telah memperkenalkan berbagai insentif untuk membangun masyarakat yang ramah terhadap pengantin baru.

Sumber: Antarasinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: