Dokter PPDS Mengaku Menyesal dan Malu atas Kasus Perkosa Pendamping Pasien

Oleh: Bachtiarudin Alam
Jumat, 11 April 2025 | 11:45 WIB
Ilustrasi tersangka pemerkosaan. (Foto/Freepik)
Ilustrasi tersangka pemerkosaan. (Foto/Freepik)

BeritaNasional.com - Tersangka Priguna Anugerah P. (PAP), dokter PPDS Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, mengaku menyesal atas perbuatannya yang telah memerkosa keluarga pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.

“Penyesalan sih ada ya dari pelaku itu,” kata Direskrimum Polda Jabar Kombes Surawan saat dihubungi pada Kamis (10/4/2025).

Selain penyesalan, PAP mengaku malu kepada keluarganya akibat tindakan pelecehan seksual yang dilakukannya. Bahkan, tersangka sempat ingin melakukan upaya bunuh diri untuk mencari jalan pintas dalam masalah yang dihadapi.

“Ya, dia kan sempat malu juga dengan keluarga. Terus pelaku juga kan pernah mencoba untuk bunuh diri. Jadi, setelah dia ketahuan oleh tempat dia praktik di rumah sakit itu. Kemudian, dia berusaha untuk bunuh diri. Sempat dirawat juga di rumah sakit di Bandung,” jelasnya. 

Sementara itu, polisi terus mengembangkan penyidikan kasus pemerkosaan ini setelah ada dua pasien yang melapor telah menjadi korban dari tindakan pelecehan seksual oleh PAP.

“Nanti, kami pertimbangkan apakah membuat laporan baru atau nanti kami bakal lampirkan sebagai saksi korban. Nanti, mungkin ada penambahan pasal, kalau memang korbannya lebih dari satu,” ucap Surawan.

Dalam kasus ini, PAP telah ditetapkan sebagai tersangka dengan Pasal 6 C dan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual dengan ancaman hukuman 12 tahun penjara.

PAP diduga telah memerkosa keluarga pasien berinisial FH (21) yang kala itu menunggu ayahnya di ruang perawatan. Namun, PAP dengan modusnya meminta untuk mengambil darah FH.

Dengan dalih itu, PAP malah menyuntikkan cairan ke tangan kiri dan kanan FH 15 kali. Alhasil, korban pingsan. Setelah itu, PAP melancarkan aksi bejatnya dengan memerkosa FH.

Beberapa saat kemudian, FH yang tersadar awalnya tidak mengetahui tindakan yang dilakukan PAP. Namun, semua itu terungkap ketika korban merasakan perih pada bagian alat vitalnya dan akhirnya melapor ke keluarga.

 sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: