Trump-Netanyahu Retak, DPR Nilai Jadi Momentum bagi Kemerdekaan Palestina

Oleh: Sri Utami Setia Ningrum
Rabu, 14 Mei 2025 | 20:38 WIB
Ketua Delegasi Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) DPR RI untuk Palestina, Syahrul Aidi Maazat  (BeritaNasional/istimewa)
Ketua Delegasi Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) DPR RI untuk Palestina, Syahrul Aidi Maazat (BeritaNasional/istimewa)

BeritaNasional.com -  Ketua Delegasi Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) DPR RI untuk Palestina, Syahrul Aidi Maazat menilai kabar keretakan hubungan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bisa menjadi angin segar bagi perjuangan kemerdekaan Palestina.

Dinamika hubungan politik antara dua tokoh besar tersebut dapat membuka ruang diplomatik baru yang bisa dimanfaatkan oleh dunia internasional, termasuk negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), untuk memperkuat tekanan terhadap Israel dan memperjuangkan kemerdekaan Palestina.

“Mudah-mudahan itu menjadi kebaikan. Kita mendengar kemarin di media bahwa Trump dan Netanyahu ini sedang ada clash. Kita harap mudah-mudahan ini positif bagi Palestina, ada momentum,” ujarnya.

Ia mencontohkan bagaimana momentum global dapat berkontribusi pada kemerdekaan sebuah bangsa, merujuk pada sejarah kemerdekaan Indonesia saat terjadi Perang Dunia II.

“Kalau kita lihat kemerdekaan itu terjadi ketika ada momentum. Indonesia dulu bisa merdeka saat Jepang diserang oleh Amerika. Jepang yang saat itu menjajah kita akhirnya melemah, dan kita punya kesempatan untuk memproklamirkan kemerdekaan,” jelas Politisi Fraksi PKS ini.

Melihat situasi geopolitik saat ini, Syahrul menyampaikan optimismenya Palestina akan mencapai kemerdekaannya. Ia juga menekankan peran penting Indonesia dalam perjuangan ini.

“Kita punya optimisme besar bahwa Palestina bisa merdeka. Dan saham Indonesia dalam perjuangan ini cukup besar. Kita bangga dengan sikap pemerintah Indonesia, terutama di era Presiden Prabowo. Beliau telah menunjukkan posisi kuat, baik secara langsung maupun melalui Menteri Luar Negeri,” tuturnya.

Dalam keterangan tertulisnya Syahrul juga mengingatkan dari seluruh negara peserta Konferensi Asia-Afrika yang bersejarah di Bandung pada 1955, hanya Palestina yang hingga kini belum merdeka.

“Ini penting untuk diingat. Palestina adalah satu-satunya negara peserta Konferensi Asia-Afrika yang belum merdeka. Maka sudah seharusnya negara-negara yang dulu bersolidaritas dalam forum itu kembali menguatkan dukungan mereka bagi Palestina,” tutupnya.

 sinpo

Editor: Sri Utami Setia Ningrum
Komentar: