Rabi Yahudi Minta Israel Hentikan Perang di Gaza

BeritaNasional.com - Elliot J. Baskin, seorang rabi Yahudi dari Asosiasi Rabi di Temple Emanuel, Denver, Colorado, AS, meminta Israel untuk segera menghentikan perang di Gaza, di tengah krisis kemanusiaan yang terjadi di daerah kantong Palestina tersebut.
"Sebagai seorang Rabi, saya sangat prihatin atas hilangnya nyawa, dan kelaparan di Gaza. Ini adalah masa yang sungguh tidak masuk akal karena harus melihat dahsyatnya perang," kata Elliot dalam paparannya pada konferensi pers daring FPCI (Foreign Policy Community of Indonesia).
Elliot mengatakan, ia prihatin atas penderitaan dan bencana kelaparan yang dialami warga Gaza, dan juga para sandera Israel yang ditawan oleh Hamas.
Ia menilai krisis kemanusiaan tersebut tidak adil secara teologis, karena menurut tradisi Yahudi, semua manusia pada dasarnya diciptakan bersama Selim Elohim (satu Tuhan).
Oleh karena itu, setiap orang, kata dia, hendaknya melihat sisi Ilahi dalam diri satu sama lain. "Membunuh suatu bangsa adalah dosa yang sesungguhnya terhadap kemanusiaan," katanya.
Untuk itu, melalui surat permohonan berjudul "Abrahamic Plea to Israel," dia bersama dua pemimpin agama lain dari Islam dan Kristen, meminta Israel untuk segera mengakhiri perang di Jalur Gaza, Palestina. "Kami memohon dengan pernyataan ini agar perang segera diakhiri," katanya.
"Saya menyerukan kepada pemerintah. Saya menyerukan kepada para pemimpin agama. Saya menyerukan kepada mereka yang peduli terhadap keadilan dan hak asasi manusia, serta membela anak-anak dan orang-orang tak berdosa, untuk bersatu mendukung pernyataan ini," kata Alaa Elzokm, seorang imam di Elsedeaq Islamic Society, Melbourne, Australia, menambahkan.
Dia berharap surat permohonan itu mendapat dukungan dari para pemimpin agama dan pemerintahan di seluruh dunia sehingga mendesak Israel untuk mengizinkan kembali penyaluran bantuan bagi anak-anak Gaza, mendorong gencatan senjata, dan mewujudkan perdamaian di kawasan Timur Tengah, khususnya di Gaza, Palestina.
Adapun Ryhan Prasad, yang merupakan pendeta di Gereja Presbyterian Khandallah, Wellington, Selandia Baru, menegaskan bahwa seruan tersebut bukan tentang anti-Semit, kritik terhadap tindakan yang secara teologis bertentangan dengan ajaran agama Samawi (Islam, Kristen dan Yahudi).
"Karena itulah, kita mungkin bisa melakukan diskusi atau menyampaikan permohonan ini, karena kita ingin mengatakan ada banyak hal yang terjadi yang menurut kita tidak mencerminkan kasih kepada sesama," katanya.
Dalam surat permohonan bersama berjudul "Abrahamic Plea to Israel," ketiga pemimpin agama itu mendesak Israel untuk segera melakukan gencatan senjata dan mewujudkan perdamaian di daerah kantong Palestina tersebut.
Mereka mengatakan tidak bisa tinggal diam di tengah penderitaan luar biasa yang dialami warga Gaza. "Hilangnya nyawa, hancurnya rumah, jeritan korban luka, dan penderitaan para pengungsi menuntut perhatian mendesak dan tindakan kolektif kita," kata mereka dalam surat permohonan tersebut.
Untuk itu, mereka berkomitmen untuk melakukan pendekatan komprehensif guna mewujudkan perdamaian dan keadilan di Gaza dengan dilandasi penghormatan terhadap martabat manusia, saling pengertian, dan kolaborasi melalui doa, dialog, dan aksi.
Sumber: Antara
POLITIK | 1 hari yang lalu
TEKNOLOGI | 1 hari yang lalu
POLITIK | 1 hari yang lalu
POLITIK | 1 hari yang lalu
TEKNOLOGI | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 15 jam yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu