Bongkar Rahasia Tahan Banting Musisi di Era Digital: Simak Kehebohan JMC 2025 Hari Kedua

BeritaNasional.com - Jakarta Music Con (JMC) 2025 kembali menggema di Dome, Senayan Park, Jakarta, pada hari kedua Minggu (12/10).
Setelah euforia hari pertama pada Sabtu, suasana berubah menjadi lebih intim dan reflektif, menegaskan JMC sebagai perayaan ide, perspektif, dan percakapan di balik layar industri musik Indonesia.
Ratusan peserta, mulai dari musisi, manajer, hingga penggemar, memadati dua rangkaian diskusi utama: Bicara Musik dan Bisik Musik. Ruang-ruang ini menjadi tempat musik dibedah melampaui sekadar bunyi, namun dikaitkan dengan budaya, teknologi, hingga kekuatan komunitas.
Wawasan Baru dari YouTube Music Academy: Tren dan Transformasi Karier
Rangkaian sesi Bicara Musik yang berkolaborasi dengan YouTube Music Academy menjadi magnet utama. Diskusi berfokus pada arah dan peluang musik di tengah perubahan perilaku audiens digital.
Sesi The Music Trend Playbook: Creating, Responding, and Amplifying menghadirkan Dimasz Joey (Mad Haus Group), Faris Adam (penyanyi Indonesia Timur), dan Tiara Dianita (The Maple Media). Mereka membedah bagaimana sebuah tren lahir dari budaya dan konteks sosial, bukan semata-mata algoritma.
Pembahasan dilanjutkan pada sesi Scaling Up: Building the Next Music Icons. Adryanto Pratono (JUNI Records), White Chorus, dan Ririe Cholid (Believe Indonesia) berbagi pandangan kritis soal pembangunan karier musik jangka panjang di tengah derasnya arus dunia digital.
"Musisi besar bukan hanya mereka yang viral, tapi mereka yang bertahan," tutup moderator Akbarry Noor, memberikan refleksi tajam yang disambut tepuk tangan.
Komunitas dan Hak Cipta: Pilar Ketahanan Musisi
Sore hari, energi komunitas mengambil alih panggung dalam sesi Fan Power: Growing Your Music Community. Kanya Belfa Maharani (Sun Eater/Lomba Sihir) dan Sahila (Admin Zivellas OFC) membahas peran penting hubungan emosional antara musisi dan penggemar dalam membentuk budaya kolaboratif yang autentik.
Sesi yang paling interaktif hari itu adalah Copyright Mythbusting: Ask Me Anything bersama Muara Sipahutar (YouTube Indonesia & Malaysia). Dengan pendekatan yang terbuka, Muara sukses memecahkan mitos seputar hak cipta dan royalti digital. Sesi ini menekankan bahwa perlindungan karya adalah pondasi profesionalisme, bukan hal rumit.
Menggabungkan Seni dan Sains Musik di Sesi Bisik Musik
Pada rangkaian Bisik Musik, kolaborasi dengan berbagai institusi kreatif menghadirkan perspektif baru, mulai dari produksi hingga strategi.
Melalui sesi 360 Musician’s Playground: Brand. Release. Rights. All in One Circle oleh Sosialoka Indonesia, Rara Pratiwi, Bobby Pistar Sinaga, Eko Trafsilo, dan Rizkabum menyoroti pentingnya keseimbangan antara ekspresi artistik, branding, dan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).
Tak hanya itu, SAE Indonesia membuka wawasan teknis melalui Algorithm-Powered Music Production with Ableton Live bersama Lawrence Philip.
Sesi ini menunjukkan bagaimana teknologi dan kecerdasan buatan kini menjadi mitra baru bagi produser musik untuk berinovasi tanpa menghilangkan sentuhan manusiawi.
Panggung Akhir: Nada Segar dan Kolaborasi Lintas Negara
Menjelang malam, area Dome Senayan Park diramaikan oleh BIANG CIPTA Mini Talks dengan sesi Yang Seger-Seger Ajah: Special Live Session, dipandu oleh Arie Dagienkz dan Fadli Rizki. Momen ini menjembatani musisi, penonton, dan kisah personal yang membentuk karya mereka.
Energi kemudian berpindah ke Panggung Musik Jakarta Music Con x TuneCore Indonesia. Musisi independen kembali menghadirkan warna baru, diawali oleh MADMAX—grup dream/noise-pop perempuan—dengan aransemen segarnya. Dilanjutkan oleh Normatif, duo indie alternative rock, yang sukses membuat penonton melompat lewat performa energik mereka.
Kolaborasi lintas negara antara JMC dan Baybeats Festival asal Singapura juga memuncak dengan penampilan sub:shaman.
Perpaduan prog-rock, math-rock, dan jazz dari band ini menjadi salah satu momen musikal paling kompleks, namun tetap mengalir, malam itu.
Sebagai penutup, Swellow naik panggung membawakan set 90s indie rock khas mereka. Lagu-lagu dengan melodi sederhana nan kuat membuat seluruh penonton ikut bernyanyi bersama.
Malam itu berakhir dengan cara yang jujur: musik yang hidup dari panggung dan disambut hangat oleh mereka yang datang untuk mendengarkan.
Hari kedua Jakarta Music Con 2025 dengan kuat menegaskan bahwa musik tidak hanya hidup di atas panggung, tetapi juga di ruang-ruang diskusi tempat ide bertemu, kolaborasi lahir, dan ekosistem industri musik dari pencipta hingga pendengar diperkuat.
Musik terus berkembang, bukan karena tren, tapi karena percakapan yang tak pernah berhenti.
(Rep/Satria)
EKBIS | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
POLITIK | 2 hari yang lalu
EKBIS | 14 jam yang lalu
EKBIS | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 21 jam yang lalu