BMKG Ungkap Penyebab Gempa Beruntun di Gunung Salak, Ternyata Ada Sesar Aktif

Warga Dilatih Hadapi Bencana

Oleh: Kiswondari
Selasa, 04 November 2025 | 18:42 WIB
BMKG ungkap penyebab gempa beruntun di Gunung Salak, ternyata ada sesar aktif. (Foto/ilmugeografi.com)
BMKG ungkap penyebab gempa beruntun di Gunung Salak, ternyata ada sesar aktif. (Foto/ilmugeografi.com)

BeritaNasional.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa gempa beruntun yang mengguncang kawasan Gunung Salak pada 20 September 2025 lalu, disebabkan aktivitas Sesar Cianten, bagian dari sistem Sesar Bayah–Salak, dengan karakter tektonik, bukan vulkanik. Ini juga yang menyebabkan sering terjadi gempa kecil di kawasan Gunung Salak.

Ahli Seismologi BMKG Pepen Supendi menjelaskan, hasil analisis gelombang seismik dan pemetaan Badan Geologi ini menunjukkan bahwa gempa di wilayah tersebut berasal dari pergeseran lapisan tanah akibat aktivitas sesar aktif.

“Dari karakter gelombangnya terlihat jelas bahwa ini gempa tektonik akibat sesar aktif, bukan karena aktivitas magma,” kata Pepen Supendi usai sosialisasi mitigasi bencana dan kegempaan di Pamijahan, Bogor, Selasa (4/11/2025).

Supendi menjelaskan, segmen Sesar Cianten melintasi wilayah Kecamatan Pamijahan hingga Gunung Salak bagian barat dan timur, sehingga wajar bila daerah ini sering mengalami gempa kecil.

Apalagi, kata Pepen, dengan meningkatnya jumlah stasiun seismik menjadi lebih dari 550 unit di seluruh Indonesia, BMKG kini mampu merekam getaran kecil secara lebih akurat dibandingkan masa lalu.

“Kalau dulu ibarat menjaring ikan besar saja yang tertangkap. Sekarang jaringnya rapat, gempa kecil pun bisa terdeteksi,” terang Pepen. 

Ia menambahkan, tidak semua gempa kecil menandakan potensi bahaya besar. Dan dampaknya sangat bergantung pada kondisi tanah dan kekuatan bangunan di permukaan.

Sementara itu, Pakar Kebencanaan Budi Pranowo yang juga mantan Sekretaris BPBD Kabupaten Bogor, menjelaskan bahwa gempa-gempa kecil seperti di Gunung Salak justru berfungsi sebagai pelepas energi bawah tanah secara bertahap.

Warga Dilatih Hadapi Bencana

Dengan kondisi ini, BPBD Kabupaten Bogor bersama BMKG dan Star Energy Geothermal juga melatih warga sekitar Gunung Salak menghadapi potensi bencana alam, termasuk gempa bumi. Kegiatan yang berlangsung pada 3–5 November 2025 itu dilaksanakan di lima titik berbeda di wilayah Pamijahan yang berdekatan dengan lereng Gunung Salak.

Menurut Pepen, kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai penyebab gempa bumi, dampak yang mungkin timbul, serta langkah-langkah penyelamatan diri saat terjadi guncangan.

“Kegiatan ini memberikan pemahaman kepada warga sekitar Gunung Salak, khususnya di Desa Cianten, tentang apa itu gempa dan bagaimana cara menyikapinya dengan benar,” terangnya. 

Apalagi, kata Pepen, banyak informasi simpang siur yang beredar di masyarakat pasca gempa pada 20 September lalu. Karena itu, BMKG mengingatkan agar masyarakat hanya merujuk pada informasi resmi.

“Sesuai Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009, BMKG menjadi sumber utama informasi gempa bumi. Jadi masyarakat jangan mudah percaya dengan kabar yang tidak jelas sumbernya,” ujarnya menambahkan.

Selama kegiatan berlangsung, peserta tidak hanya mendengarkan penjelasan teknis, tetapi juga mengikuti simulasi penyelamatan diri, pengenalan jalur evakuasi, serta praktik membaca doa dan zikir keselamatan ketika gempa terjadi. Langkah ini dilakukan agar masyarakat memiliki kesiapan lahir dan batin saat menghadapi bencana yang datang tanpa bisa diprediksi.

Terkait kegiatan ini, Pakar Kebencanaan Budi Pranowo pun mengapresiasi langkah bersama antara BPBD, BMKG, dan sektor swasta dalam memberikan edukasi kebencanaan kepada masyarakat. Hal ini penting untuk mengurangi trauma dan rasa takut masyarakat.

"Pemerintah perlu terus melakukan edukasi supaya masyarakat tahu apa yang harus dilakukan sebelum dan sesudah gempa,” ujar Budi.

Ia menilai bahwa kesiapsiagaan masyarakat merupakan kunci utama dalam mengurangi risiko bencana, terutama di kawasan yang memiliki tingkat kerentanan geologis tinggi seperti Pamijahan dan sekitarnya.

Sumber: Antarasinpo

Editor: Kiswondari
Komentar: