Ikut Merugi Rp6 Triliun Lebih, PT Wika Tunggu Putusan Pemerintah

Oleh: Sri Utami Setia Ningrum
Rabu, 12 November 2025 | 21:30 WIB
Kereta cepat Whoosh (Foto/KCIC)
Kereta cepat Whoosh (Foto/KCIC)

BeritaNasional.com -  Pemerintah sedang mengkaji dan mencermati pembayaran utang PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) atau Whoosh. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) disebut tengah menunggu keputusan dari pemerintah bersama Danantara Indonesia sebagai solusi untuk menyelesaikan utang tersebut.

Direktur Utama PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) Agung Budi Waskito, Rabu (12/11/2025) mengatakan sedang menunggu keputusan yang akan dihasilkan dari kajian pemerintah dan Danantara. 

“Seperti kita ketahui bahwa proses polemik di kereta cepat sekarang ditangani oleh Danantara. Kita sedang menunggu kira-kira mau jadi seperti apa, apakah misalnya ada restrukturisasi di KCIC-nya. Atau memang ada pengambilalihan daripada investasi para empat pemegang saham, yaitu kereta PT KAI, WIKA, PTPN maupun Jasa Marga menjadi pemerintah, kita sedang menunggu,” ujarnya dalam Paparan Publik WIKA di Jakarta.

Menurutnya, upaya pemerintah bersama Danantara Indonesia untuk mengambil alih penyelesaian utang proyek KCIC akan berdampak positif bagi WIKA, sebab perseroan masih menanggung rugi lebih dari Rp6,1 triliun imbas keterlibatan di proyek tersebut.

“Kalau ini diambil oleh pemerintah akan berdampak positif buat WIKA. Dimana tadi kami sampaikan bahwa eksposur WIKA di dalam kereta cepat sebagai investor kira-kira Rp6,1 triliun, belum lagi terkait dengan dispute konstruksi yang kita masih mengalami kerugian,” cetusnya.

Menurutnya dua keterlibatan WIKA di dalam proyek KCIC itu. Pertama menjadi investor dengan melakukan penyertaan modal di PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebesar Rp6,1 triliun.

Dalam proyek KCIC, PSBI berkontribusi sebesar 60% sedangkan sisanya sebesar 40% dikontribusikan oleh Beijing Yawan HSR Co Ltd dari China.

“Jadi, kereta cepat itu kan PSBI sebesar 60%, dan Beijing Yawan HSR Co. Ltd atau China sebesar 40 persen. Di salam PSBI, WIKA ada penyertaan modal Rp6,1 triliun,” ungkapnya,

WIKA sambung dia turut mengalami kerugian imbas dari kerugian yang masih dialami oleh kereta cepat semenjak beroperasi sampai saat ini.

“Secara otomatis, setiap akhir tahun atau setiap triwulanan, kita akan membukukan kerugian. Akan membukukan kerugian daripada efek kereta cepat,” ujar Agung.

Selain sebagai investor, kedua WIKA menjadi satu-satunya kontraktor lokal yang tergabung dalam konsorsium High Speed Railway Contractor Consortium (HSRCC) bersama enam kontraktor asal China.

Porsi pekerjaan WIKA dalam konsorsium tersebut mencapai 25%, yang mencakup konstruksi bawah seperti fondasi, timbunan serta galian tanah. (Antara)

 sinpo

Editor: Sri Utami Setia Ningrum
Komentar: